Home / Jakarta

Selasa, 11 Maret 2025 - 07:05 WIB

” Siapakah Ignasian Loyola ? dan Bagaimana sepak terjangnya” ?

Romo Agustinus Setyodarmono, SJ(Romo Nano SJ) menjadi nara sumber dalam Seminar Ignasian,

Jakarta, Maret,Liputan Nusantara (LN). Inigo de Loyola dilahirkan pada tahun 1491 di Azpeitia di provinsi Guipuzcoa di wilayah Basque di sebelah utara Spanyol. Dia adalah anak bungsu dari tigabelas bersaudara. Pada usia enam belas tahun dia dikirim untuk bekerja sebagai pesuruh bagi Juan Velazquez, bendaharawan kerajaan Castile. Sebagai anggota rumah tangga Velazquez, dia seringkali tampil di balai sidang dan mengembangkan cita rasa terhadap segala hal mengenainya.

Dalam bahasa Latin, arti nama Ignatius berasal dari kata ignis yang bermakna api, cahaya, atau bersinar.( www.ruangbunda.com).

Sapaan ini pada umumnya menjadi nama baptis untuk anak laki-laki Katolik. Hal itu karena untuk menghormati para santo yang bernama sama.

Pemimpin Umum Serikat Jesus, Pater Pedro Aruppe, SJ (tengah) tiba di Indonesia. (Foto: Arsip Provindo SJ)

Foto bersama romo Nano SJ, dg Romo Wartaya

Seperti halnya spiritualitas kristiani pada umumnya, Spiritualitas Ignasian dari Santo Ignatius Loyola memberikan kepada kita berbagai metode yang bertujuan untuk membangun hidup rohani dan mengintegrasikan relasi dengan Tuhan dan kehidupan nyata di dalam dunia.

Santo Ignatius lahir pada tahun 1491 – setahun sebelum Christopher Columbus memperkenalkan Dunia Baru kepada sesama orang Eropa – pada saat akhir Abad Pertengahan bertransisi ke periode awal Renaisans. Dalam banyak hal, ini merupakan awal dari era modern – masa penjelajahan global dan cakrawala intelektual serta kekacauan yang diakibatkannya. Konteks historis kehidupan Ignatius ini tidak diragukan lagi menjadi salah satu alasan mengapa spiritualitas Ignatian tampak begitu tepat bagi banyak orang saat ini.

Penghargaan dari Panitia Pendalaman Semangat Ignasian Angkatan ke-5 (PSI-5) kepada Ketua Komunitas Mitra Ignasian (KMI) bapak Ir.Antonius LB Manurung (dari kanan kekiri ) beserta ibu Armina Tampubolon (kanannya) Wakil Ketua Bpk Yulias Lias kanannya lagi dan selanjutnya beserta ibu Enen, Ibu Susi team pencari dana, dan Pak Iwan dari Komsos , yg telah membantu dan mendampingi Panitia dalam Pelaksanaan acara Seminar Ignasian

 

Dalam suatu seminar yang diadakan di gereja Kampung Sawah St.Servatius- Bekasi, Minggu, 9 Maret “25 di aula Servatius Kampung sawah dengan Tema “   Spiritualitas Ignasian di dunia digital” dengan sub tema “Gunakan gadget sebagai sarana menuju tujuan  dengan bijaksana dan tidak adiktif”.  Penyelengara adalah Komunitas  Mitra Ignasian(KMI) yang diketuai oleh Ir. Antonius Manurung.

Yang menjadi nara sumber dalam seminar ini ialah  ialah romo Nano SJ. Dia setelah sebelas tahun menjadi Magister Novisiat St.Stanislauskosta Girisonta sejak 2 Agustus 2021 perutusan baru yaitu bertugas sebagai koordinator formasi  awam  sahabat Ignatius tinggal di rumah retret Sangkal Pulung.

 

Romo Yohanes Wartaya SJ,Romo kepala Gereja Kampung Sawah St.Servatius Bekasi sekaligus menjadi Romo Pembina Komunitas Mitra Ignasian (KMI)

Sekelumit biodatanya: Romo Agustinus  Setyiodharmono SJ, lahir di  Magelang lahir 10 Agustus 1970. Dari lahir hinga berumur 16 tahun tinggal bersama keluarga di  Komplek tentara Panca Arga  Magelang selama 16 tahun itu Agustinus mengalami pindah rumah tiga kali. Diusianya 16 tahun itu, romo pindah dan tinggal di sekolah berasrama yaitu Martoyudan .Selama empat tahun. Diusianya yang ke 20 merantau ke Ungaran. 4 tahun berikutnya belajar Filsafat ke Jakarta. 2 tahun berikutnya tinggal di Pastoran  gereja Katolik St.Yusup Gedangan  Semarang bekerja di Yayasan Kanisius pusat Semarang. 3 tahun berikutnya belajar Teologi dan tinggal di asrama Kolosse Ignatius Yogyakarta. Pada tahun 2001-2003 belajar ke Belanda.Selesai study kembali ke Magelang dan menjadi bapak asrama di seminari Martoyudan selama 7 tahun. Tahun 2010 belajar ke Sidney Ausralia.Tahun 2011 hingga (2019, bekerja  sebagai Bapak asrama di Girisonta.

Baca Juga  "Sinergi Antara Pengetahuan Disiplin, Pengetahuan Subjek, dan Pengetahuan Pemecahan Masalah Untuk Pertumbuhan, Kemajuan Serta  Keberlanjutan Koperasi."

Romo Wartaya,SJ, memberi sambutan Pembukaan Seminar dihadapan peserta seminar Ignasian,Minggu 9 Maret ‘25.

Para peserta Seminar Ignasian

Selanjutnya Dalam paparannya romo Nano mengatakan , Setiap orang mempunyai Spiritualitas .Spiritualitas itu menentukan pilihan dalam hidup seseorang. Seperti apa Spiritualitas mu ?tanya romo. Dunia digital bergerak sangat cepat . Seperti apa pengaruh dunia digital dalam hidup kita ?

Semakin kedepan lanjut romo Nano,semakin banyak pekerjaan manusia diambil oleh robot. Terjadi persaingan . Urusan keuangan semakin digital, interaksi antar manusia semakin berkurang.

Adiksi Gadget tidak hanya pada anak-anak, remaja , juga kepada orang tua. Akibatnya relasi didalam keluarga kualitasnya semakin menurun bahkan memburuk . Semakin banyak kegiatan manusia diambil oleh Artificial Inteligence (AI). Catatan :Sebagaimana penulis beritakan di media ini  pada edisi  4 Maret ’25 dibawah judul “  Pandangan  Gereja Katolik tentang  Artificial Inteligence (AI).

Untuk itu perlu menentukan tujuan hidup. Menghindari kelekatan dan mengupayakan lepas bebas.

Gadget diletakkan sebagai sarana untuk menuju tujuan, bukan sebagai suatu ketergantungan dan digunakan dengan bijaksana dan tidak adiktif. Orang yg tidak menentukan tujuan hidupnya dengan jelas biasanya melekat pada sarana .

Ignatius berasumsi dalam pembedaannya terhadap roh bahwa Tuhan berkomunikasi secara langsung dengan kita masing-masing di dalam hati, pikiran, dan jiwa kita melalui berbagai gerakan batin – perasaan, pikiran, dan keinginan kita. Namun, Ignatius tidak begitu naif untuk berpikir bahwa semua pikiran, perasaan, dan keinginan kita disebabkan oleh Roh Kudus. Beberapa memang merupakan keinginan suci yang datang dari Tuhan, sementara yang lain datang dari sumber lain roh-roh negatif yang pada akhirnya berasal dari apa yang disebutnya “Musuh dari Sifat Manusia Kita.” Jadi, triknya adalah mencari tahu keinginan , pikiran, dan perasaan batin kita yang mana yang berasal dari Tuhan, dan yang mana yang tidak. Untuk membantu kita dalam hal ini, Ignatius dari waktu ke waktu mengembangkan aturan atau pedomannya untuk pembedaan roh.

Dilansir dari HIDUPKTOLIK.COM – SPIRITUALITAS Ignatian itu dirumuskan oleh Ignatius Loyola ketika dia masih seorang awam dan belum ditahbiskan menjadi seorang imam. Dia merumuskan spiritualitas ini dari pengalamannya sendiri sebagai seorang awam dan pengalamannya membimbing banyak orang: awam. Ketika Serikat Yesus diresmikan sebagai sebuah ordo religius pada tahun 1540, tentu saja roh utama ordo ini adalah Spiritualitas Ignatian. Beberapa kongregasi religius yang terlahir sesudah Serikat Yesus pun menggunakan spiritualitas ini sebagai spiritualitas kongregasinya. Namun, kendati demikian, karena perumusnya adalah seorang awam dan isi spiritualitas ini ditujukan bagi pribadi manusia pada umumnya, maka spiritualitas ini tetaplah sangat relevan untuk awam.

Mengapa spiritualitas ini untuk awam?

Spiritualitas Ignatian tidak terkait sama sekali dengan aturan biara religius. Ignatius Loyola membahasakan Spiritualitas Ignatian ke dalam Serikat Yesus dalam buku Konstitusi. Untuk awam Spiritualitas Ignatian dibahasakan dalam buku  Latihan Rohani. Buku ini berisi petunjuk-petunjuk praktis untuk melakukan latihan-latihan dalam rangka mengenal, menaklukkan dan menata diri lalu menemukan kehendak Tuhan dalam hidup kongkretnya. Karena itu, seorang suami, atau seorang isteri, seorang anak, seorang dewasa maupun orang tua, laki-laki atau wanita, apapun profesinya, apapun kulturnya, apapun tingkat dan latar belakang pendidikannya akan terbantu dengan menjalani Latihan Rohani untuk mengenal, menaklukkan dan menata dirinya sendiri serta menemukan kehendak Allah dalam konteks khusus hidupnya masing-masing.

Baca Juga   “Kolaborasi  Untuk  Indonesia.Bersih”

Salah satu hal penting dalam Spiritualitas Ignatian adalah asas dasar. Pada prinsipnya, asas dasar mengandung 3 unsur: (1) rumusan tujuan hidup, (2) sarana dan sikap untuk mencapai tujuan tersebut, dan (3) bagaimana menempatkan Tuhan dalam mencapai tujuan tersebut.

 

Spiritualitas Ignasian di Era Teknologi Komunikasi dan Informasi

Saat ini kita memasuki era global. Dunia menjadi satu wilayah bersama, dimana semua orang dapat berjumpa dengan orang lain, meski hanya di dunia maya. Akan tetapi justru dunia yang nota bene ‘tidak nyata’ inilah yang mempunyai pengaruh dan memberikan dampak yang tak terduga dalam kehidupan. Bagaimana pengaruh budaya baru ini bagi kerohanian kita? Bagaimanakah pendidikan Spiritualitas Ignasian dapat mengarahkan kemajuan teknologi ini untuk tujuan pengembangan masyarakat dan kedekatan manusia pada Tuhan? (www.usd.ac.id).

Terkait dengan hal-hal di atas, Universitas Sanata Dharma melalui Pusat Studi Ignasian mengajak kita berefleksi dengan tema Spiritualitas Ignasian di Era Teknologi Komunikasi dan Informasi. Acara ini diselenggarakan di ruang Kundjono, Lantai 4, Gedung Pusat USD, Mrican Yogyakarta. Dari 200-an peserta yang hadir, nampak sejumlah besar kaum muda yang antusias mengikuti acara sampai selesai. Hal ini membuat panitia berbesar hati karena pemilihan tema sangat mengena di hati kaum muda yang dilayani di USD.

 

Pedoman Pembedaan Roh St. Ignatius bagi Generasi Digital (Antonius Widyarsono, SJ )

Generasi digital adalah sebutan bagi generasi zaman kita ini yang dibesarkan dalam masa berkembangnya teknologi digital yang begitu pesat dalam duapuluh tahun terakhir ini. Tulang punggung teknologi digital ini adalah perkembangan media internet yang memungkinkan terjadinya pola baru dalam penyebaran informasi yang cepat dan dalam komunikasi antar manusia. Media internet mampu menggabungkan budaya lisan, tulisan dan audiovisual (film) sehingga bisa mengungguli media cetak dan televisi dalam hal kecepatan menyebarkan informasi dan keragaman jenis komunikasi. Perkembangan pesat media internet ini didukung oleh kehadiran piranti-piranti digital (mobile gadgets) seperti ponsel, Blackberry, iPhone, dan tablet yang memudahkan akses pada dunia digital bagi para pemakainya. Dari perkembangan ini lahirlah generasi digital yang begitu tergantung pada teknologi digital dan piranti-pirantinya dan seolah-olah kehidupan mereka tidak bisa dipisahkan dari piranti-piranti tersebut.

Tulisan pendek dari  Antonius Widyarsono  ini mencoba menjelaskan apa relevansi Pedoman Pembedaan Roh (PPR) bagi generasi digital zaman ini. Tulisan ini kata, Antonius Widyarso, tidak bermaksud untuk menjelaskan masing-masing pedoman dalam PPR St. Ignatius yang begitu kaya itu. Namun perhatian utama tulisan ini adalah bagaimana langkah awal dan mendasar dalam membeda-bedakan roh, yakni memiliki kesadaran rohani, bisa membantu generasi digital untuk masuk dalam pengalaman akan kehadiran Allah. Mula-mula akan dijelaskan apa yang dimaksud dengan PPR dan bagaimana pedoman ini muncul dalam hidup St. Ignatius. Kemudian akan dibahas mengenai tiga langkah dasar untuk membeda-bedakan roh yang disebutkan dalam bagian penjelasan atas judul PPR I (LR 313). Ketiga langkah dasar ini merupakan paradigma dasar St. Ignatius bagi orang yang ingin melakukan pembedaan gerakan-gerakan batin dalam dirinya. Selanjutnya secara khusus akan dibahas bagaimana langkah pertama untuk “menjadi sadar secara rohani” itu bisa menjadi tantangan yang besar dan sangat relevan bagi generasi digital. Dalam hal ini ditawarkan pemikiran bahwa tantangan untuk hidup “di dalam” batin sendiri yang begitu sulit bagi generasi digital merupakan hal pokok dan mendasar bagi orang yang mau menggunakan PPR St. Ignatius untuk peziarahan hidupnya bersama Tuhan tutup Antonius Widyarsono. (Ring-o)

Share :

Baca Juga

Jakarta

SAMPAH, Ada Saatnya Dicaci Tapi Juga Dicari

Jakarta

“Hari Kesadaran Nasional 2025”

Jakarta

‘Mengenal Metode Sanitary Landfill, Keuntungan dan Kerugiannya

Jakarta

Proyek Strategis Nasional (PSN), Kerap Disindir Publik Sebagai Proyek Sengsara Nasional,Mengapa” ?

Jakarta

Pengusuran lahan di Sikka.

Jakarta

Menjadi Konsumen Cerdas: Panduan Memilih Produk Minim Sampah (Seri Hidup Minim Sampah )

Jakarta

Hari Persahabatan Manusia Internasional

Jakarta

Apa Arti Rabu Abu Bagi Umat Katolik?

Contact Us