Home / Jakarta

Sabtu, 1 Maret 2025 - 19:27 WIB

“Perempuan Penjaga Alam”

Kompetisi foto di Instagram dalam rangka Hari NGO Sedunia

Jakarta, Maret, Liputan Nusantara (LN).Dalam rngka hari  Non Governmental Oranization (NGO) sedunia 27 Februari 2025,Laudato si Indoneia adakan lomba Foto periode 27 Februari s/d 19 Maret 2025. Mengutip kehati.or.id/gerakan-menanam-bambu-demi-melestarikan-mata-air-untuk-anak-cucu) mengatakan Lembaga nirlaba penyandang dana hibah bagi pelestarian & pemanfaatan keanekaragaman hayati, menuju masyarakat Indonesia.

Mantan Perambah yang Kini Melestarikan Hutan

Interaksi masyarakat dengan kawasan taman nasional punya sejarah panjang di Pekon (desa) Pesanguan, sebuah desa penyangga di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Masyarakat telah lama merambah hutan dan krisis ekonomi 1997-1998 menyebabkan perambahan semakin luas. Kawasan taman nasional kian tertekan oleh kebakaran hutan pada kurun tahun 2012-2013. Habitat satwa liar rusak sehingga memunculkan konflik antara manusia dengan satwa di pemukiman warga. Kini lahan-lahan bekas perambahan itu telah kembali menjadi hutan aktif berkat geliat Kelompok Pelestari Hutan Pesanguan (KPHP).

Pemberian bibit bambu oleh perwakilan Yayasan AYO Indonesia, mitra Yayasan KEHATI, kepada ketua adat di wilayah Paroki Narang.

Hari Hutan dan Air Sedunia, Komnas Soroti Kerentanan Perempuan Adat

Wanita Penjaga hutan

Pesanguan merupakan satu dari 14 pekon (desa) yang berada di kecamatan Pematang Sawah, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Dengan luas 312 hektar, Pesanguan berbatasan langsung dengan kawasan TNBBS di sebelah Barat dan Selatan. Menurut beberapa sumber, Desa Pesanguan sudah ada sejak tahun 1976. Pada masa itu ada sekelompok pendatang dari Jawa yang membuka hutan tersebut untuk pemukiman dan pertanian.

Pemberian bibit bambu oleh perwakilan Yayasan AYO Indonesia, mitra Yayasan KEHATI, kepada ketua adat di wilayah Paroki Narang.

 

“Jaga tana lino ho’o, jaga mata wae dite kudut jiri, wae teku tedeng.”

 

Merayakan LSM dan Organisasi Nirlaba

 

Dua tokoh agama Katolik mengadakan pertemuan di halaman rumah gendang (rumah adat) Manggarai di Flores, Nusa Tenggara Timur, pada 14 Februari lalu. Keduanya adalah Ketua PSE Keuskupan Ruteng, RD. Jossy Erot, dan Romo Paroki Narang, Satarmese Barat, RD. Stefanus Sawu. Keduanya memberkati bibit bambu dan buah-buahan yang tertata rapi di dalam rumah gadang. Bibit-bibit itu siap ditanam di tanah Manggarai. Bibit-bibit itu merupakan bagian dari 500 bambu untuk konservasi mata air di beberapa desa di Kecamatan Satarmese Barat di wilayah Paroki Narang.

Perempuan Mampu Menjadi Tokoh Pengelolaan Hutan

Gerakan Menanam Bambu Demi Melestarikan Mata Air untuk Anak Cucu

“Weri betong kudut kembus wae teku, mboas wae woang. Menanam bambu untuk kelimpahan air dan kesinambungan sumber mata air,” kata RD Josy Erot, saat memulai misa penanaman bambu, seperti dikutip dari keterangan tertulis Yayasan KEHATI. Sementara itu, bibit buah-buahan seperti nangka, durian, dan mangga dibagikan untuk warga yang mengikuti penanaman. Selain dihadiri oleh warga desa, aparat desa dan tokoh adat, kegiatan ini diikuti oleh petugas Babinsa setempat.

“Semua elemen masyarakat kita ajak untuk ikut terlibat,” terang Yos Sudarso, Kordinator Program Yayasan AYO Indonesia, mitra kerja Yayasan KEHATI. Kegiatan penanaman bibit bambu di Wae Wetu, Desa Terong, ini merupakan kerja sama antara Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Ruteng dan Yayasan AYO Indonesia yang didukung oleh Yayasan KEHATI.

“Selain pengembangan pangan lokal, pemberdayaan konservasi mata air menjadi salah satu kegiatan bersama masyarakat dalam bingkai program Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Hayati Lokal,” ujar Puji Sumedi, Manajer Program Ekosistem Pertanian Yayasan KEHATI.

Kembali ke topik diatas “Perempuan Penjaga Alam”

Kiswanto adalah mahasiswa Doktoral Ilmu Lingkunan Universitas Diponegoro, mengatakan Bumi adalah perwujudan “Ibu Pertiwi”, simbolisasi ini menempatkan kedudukan bumi sebagai kerahiman yang penuh kasih. Ia menjadi pelindung bagi segenap isinya termasuk manusia.

Baca Juga  "29 Januari 2025, Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili"

Bumi dalam pandangan kosmologi timur dipahami berdasarkan prinsip feminin di mana adanya suatu hubungan dialektis dan koeksistensi yang saling melengkapi.

Hubungan antara penciptaan dan perusakan, penyatuan dan perpecahan menjadi siklus pergerakan dinamis alam semesta.

Sebagaimana Shiva (1988; 1998) tulis, dalam filsafat India hubungan tersebut ialah antara prakriti (alam) dan purusha (manusia).

Hubungan antara prakriti dan purusha saling memelihara dan bukannya terpisah. Ini berbeda dengan pandangan Barat (pasca-era pencerahan dan revolusi industri), yang memposisikan kedua entitas tersebut terpisah bahkan salah satunya mendominasi.

Bumi dalam pandangan kosmologi timur dipahami berdasarkan prinsip feminin di mana adanya suatu hubungan dialektis dan koeksistensi yang saling melengkapi. Kalangan ekofeminisme menempatkan perempuan secara kultural dikaitkan dengan alam. Mereka berpendapat, terjadi hubungan konseptual, simbolis, dan linguistik antara feminis dan isu ekologi.

Ekofeminisme berusaha menunjukkan hubungan antara semua bentuk opresi manusia, tetapi juga memfokuskan pada usaha manusia sendiri untuk mendominasi alam. Dalam penegasan ini, bumi merupakan sumber penghidupan bagi semua makhluk hidup.

 

Sama halnya dengan perempuan yang merupakan sumber kehidupan bagi manusia melalui siklus kelahiran. Hal ini yang menjadi landasan bahwa perusakan terhadap hutan-hutan sama halnya dengan opresi terhadap penindasan kaum perempuan. Secara mendasar kesadaran penguasa dan pengambil kebijakan masih belum berpihak terhadap keseimbangan gender dan keseimbangan ekologi. Sehingga dalam kebijakan terhadap air, tanah dan hutan pun, perempuan tidak dilibatkan.

 

Menurut Kiswanto, Peran perempuan dalam menjaga ekologi sering disimbolkan sosok sang dewi. Masyarakat Jawa memaknai bahwa dewi sebagai sumber penjaga ekosistem dalam siklus ekologi. Bahkan sejak berabad lamanya, perempuan bertindak sebagai penyedia kehidupan.

Tak heran di dalam kebudayaan Timur khususnya di Jawa, kita mengenal Dewi Sri yang tugasnya mengatur ketersediaan pangan dan kemakmuran.  Sistem pangan dibuat berdasarkan siklus ekologi sehingga mampu berproduksi sendiri dan berkelanjutan karena sumber daya yang didaur ulang secara internal menyediakan masukan yang diperlukan biji, kelembapan  dan hara tanah, serta pengendalian hama (Shiva, 1988; 1998).

Namun, sistem ketahanan pangan ini kian terpinggirkan dengan hadirnya paradigma pertanian ilmiah yang membawa gangguan siklus ekologi dalam memproduksi pangan. Ini menggusur peran signifikan perempuan dalam pengelolaan dan pemeliharaan bumi ujar Kiswanto.

Peran perempuan Dayak Mali dalam menjaga alam mereka lanjutnyalagi, ibarat ibu merawat anak. Terdapat ikatan psikologis yang kuat antara perempuan dan alam, di mana adat dan budaya lama masih mereka pertahankan hingga zaman modern saat ini.

Tradisi seperti ini, secara tidak langsung menjaga keseimbangan ekosistem alam; manusia menghormati alam, menjaga hubungan baik dengan alam. Maka, tak dapat dimungkiri tradisi merupakan konsep perlindungan hutan palingTradisi ini menyelamatkan sekitar 7.269 hektare tanah adat. Pemanfaatan yang mereka lakukan masih dengan cara tradisional dan tidak merusak keseimbangan ekologi. Kalimantan Barat memiliki potensi hutan sangat besar, tersebar di setiap kabupaten dan kota.  Namun, segelintir orang berkuasa membiarkan investor merusak tatanan ekologi. Eksploitasi hutan secara besar-besaran sudah semestinya dihentikan.

Perempuan memandang, keadaan ekologi merupakan tempat mereka tinggal. Sebagian besar suku ini mendiami wilayah pedesaan, mereka menjaga betul keseimbangan ekologi di wilayah mereka.

Lebih lanjut Kiswanto mengatakan isu ekologi adalah satu kesatuan analisis utuh dengan isu gender, keduanya terkait erat. Terdapat hal mendasar yang menjadi akibat dari ketidaksadaran gender dan ketidaksadaran ekologi; kemiskinan, ketertindasan, dan keterbelakangan.

Pengarusutamaan peran perempuan dalam memitigasi dan memulihkan krisis ekologi adalah modal sosial-ekologi yang penting.

Peran perempuan dalam konservasi alam, menjaga ketahanan pangan, pertanian berkelanjutan berkeadilan gender, penguatan akses dalam pemanfaatan hutan, air, sumber daya alam (SDA) belum mendapat tempat. Termasuk dalam mengambil keputusan.

Baca Juga  Proyek Strategis Nasional (PSN), Kerap Disindir Publik Sebagai Proyek Sengsara Nasional,Mengapa" ?

Menurut Khalid (2014), perempuan selalu ditempatkan sebagai kelompok tak berdaya, tak punya pengetahuan.

Di Indonesia, fakta mencengangkan menunjukkan, sekitar 85 persen petani tak memilik lahan dan perempuan adalah kelompok paling rentan dari berlangsungnya semua krisis ekologi.

Dalam hal ini, pengetahuan perempuan dalam mengelola alam digantikan cara baru yang mengabaikan keberlanjutan ekologi dan mata pencaharian mereka.

Berdasarkan laporan WALHI, sekitar 82,5 persen kehancuran ekologi, perampasan lahan dan konflik sumber daya alam disebabkan korporasi, pemerintah, dan aparat keamanan. Ini tak lain karena paradigma pembangunan yang sama sekali tidak sensitif ekologi bahkan kerap dijumpai bias gender.

Krisis lingkungan hidup dan SDA tidak bisa dilepaskan dari ketidakadilan dan ketimpangan struktur penguasaan SDA, yang selama ini dikuasai korporasi yang difasilitasi negara melalui berbagai kebijakan.

Ini diperparah dengan sama sekali tidak merefleksikan sisi pandang perempuan. Belajar dari beberapa gerakan perempuan di Kalimantan, Bali, dan India bahwa perempuan adalah magnet magis dalam memulihkan krisis sosial-ekologi.

Semisal, peran perempuan dalam konservasi alam, menjaga ketahanan pangan, pertanian berkelanjutan yang berkeadilan gender, penguatan akses perempuan dalam pemanfaatan hutan, air, SDA, dan lain sebagainya.

Momentum Hari Ibu pada 22 Desember 2021, sebagai penghormatan dan penghargaan kaum perempuan khususnya kaum ibu. Keterlibatan ibu dalam menjaga dan pelindung bumi ini tidak bisa diragukan lagi.

Bahkan, ibulah yang selalu menanamkan nilai-nilai etika lingkungan dalam menjaga bumi ini. Maka itu, dalam tataran praksis, penting pelibatan kaum ibu/perempuan dalam membuat kebijakan pembangunan, minimal di tingkat desa, misal di musrenbang.

 

Hari  Non Governmental Oranization (NGO) atau Lembaga Suadaya Masyarakat (LSM) sedunia 27 Februari 2025

Hari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Sedunia atau World Non Government Organization (NGO) Day diperingati pada tanggal 27 Februari 2025. Hari ini untuk menghormati kerja keras jutaan LSM dan organisasi nirlaba di seluruh dunia

Selama satu dekade terakhir, hari internasional untuk LSM (organisasi nirlaba) ini telah berkembang menjadi fenomena global, mengakui dan merayakan kerja keras dari jutaan LSM dan orang-orang yang menggerakkannya. Perayaan ini juga telah menjangkau 145 negara di enam benua.

Pada tanggal 27 Februari 2014, acara perdana global pertama Hari LSM Sedunia diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri Finlandia di Helsinki. Para tamu internasional yang hadir adalah para pemimpin dari UNOPS, UNESCO, UNDP, Uni Eropa, Dewan Nordik, dan organisasi-organisasi internasional.

 

Mengutip laman NGO feed, tema Hari LSM Sedunia 2025 adalah “Memberdayakan Gerakan Akar Rumput untuk Masa Depan yang Berkelanjutan”. Tema ini menyoroti peran penting lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam mempromosikan dan meningkatkan keberlanjutan global. Tujuan pembangunan berkelanjutan tidak dapat dihindari karena perannya yang semakin penting dalam mengungkap berbagai masalah yang dihadapi saat ini.

Hari LSM Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 27 Februari, kemudian diakui sebagai hari internasional oleh Uni Eropa pada tahun 2017, diperingati setiap tahun oleh European External Action Service (EEAS), Layanan Diplomatik Uni Eropa. Setiap tahun, EEAS mengeluarkan pernyataan internasional pada peringatan Hari LSM Sedunia, yang menyoroti signifikansi globalnya dan menarik perhatian pada isu-isu utama yang berdampak pada masyarakat sipil di seluruh dunia.

Konsep universal dari peringatan Hari LSM Sedunia adalah untuk Merayakan, Memperingati, dan Berkolaborasi (Celebrate, Commemorate and Collaborate) dengan berbagai LSM di seluruh dunia, dan orang-orang di belakangnya yang berkontribusi kepada masyarakat sepanjang tahun. Hari ini menginspirasi masyarakat agar lebih aktif terlibat dalam sektor LSM dan mendorong simbiosis yang lebih besar antara LSM dengan sektor publik dan swasta.(Ring-o)

[11.53, 1/3/2025] Ringo Terbaru: Dokumen Perempuan penjaga alam

Share :

Baca Juga

Jakarta

“Gerakan Laudato Si Menyambut Direktur Eksekutif Baru “

Jakarta

Apa Arti Rabu Abu Bagi Umat Katolik?

Jakarta

” Apa Itu Gaya Hidup Zero Wasste” ?

Jakarta

Proyek Strategis Nasional (PSN), Kerap Disindir Publik Sebagai Proyek Sengsara Nasional,Mengapa” ?

Jakarta

“Sinergi Antara Pengetahuan Disiplin, Pengetahuan Subjek, dan Pengetahuan Pemecahan Masalah Untuk Pertumbuhan, Kemajuan Serta  Keberlanjutan Koperasi.”

Jakarta

Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025 “

Jakarta

‘Mengenal Metode Sanitary Landfill, Keuntungan dan Kerugiannya

Jakarta

” Siapakah Ignasian Loyola ? dan Bagaimana sepak terjangnya” ?

Contact Us