Home / Uncategorized

Senin, 27 Januari 2025 - 16:40 WIB

Penggusuran Lahan di Sikka

Seorang ayah bersama anaknya berdiri di depan rumah mereka yang telah digusur oleh PT Kristus Raja Maumere pada 22 Januari 2025. Perusahaan itu mengantongi Hak Guna Usaha atau HGU di lahan yang masih konflik dengan masyarakat adat. (Dokumentasi Floresa)

Jakarta, Liputan Nusantara (LN), Penggusuran adalah suatu tindakan merobohkan bangunan yang telah dibangun sebelumnya yang dilakukan oleh pihak yang berwenang dengan beberapa sebab yaitu : Untuk merapikan dan menata ulang kembali suatu tempat atau wilayah (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).  Penggusuran merupakan suatu kegiatan penyediaan tanah yang akan digunakan sebagai penyediaan infrastruktur untuk kepentingan umum dengan cara memberikan ganti rugi yang adil dan memiliki hak. Pihak yang memiliki hak dalam ganti rugi adalah yang menguasai atau memiliki objek tanah.

Selain dikawal aparat keamanan, penggusuran juga diawasi oleh gerombolan orang yang memakai ikat kepala berwarnah merah putih. (Dokumentasi Ricky Fernandez)

Didorong rasa keprihatinan  atas kejadian di Sikka  ini, saya Kabiro Media Liputan Nusantara DKI Jakarta,  memviralkan  berita ini melalui Liputan Nusantara ,petikannya :

Penggusuran lahan di Sikka berawal saat Korporasi Milik Gereja Katolik Tega Hancurkan Rumah Umat.

Alat berat sedang merobohkan salah satu rumah warga pada 22 Januari 2025. (Dokumentasi Ricky Fernandez)

Dilansir dari Floresa.co (24 Januari 2025 ) – “Saya minta ganti itu nama Kristus Raja. Jangan bawa Kristus yang kami imani sebagai bahan jualan.”  Kata Antonius Toni dengan nada geram saat menceritakan penggusuran rumahnya dan warga lain dari Suku Soge Natarmage dan Goban Runut-Tana Ai di Kabupaten Sikka, NTT pada 22 Januari2025.

Rumah Anton termasuk salah satu yang luluh lantah oleh alat berat yang dibawa PT Kristus Raja Maumere, perusahaan milik Keuskupan Maumere yang juga dikenal sebagai PT Krisrama.

Salah satu rumah warga yang rata dengan tanah usai digusur pada 22 Januari 2025. (Dokumentasi Ricky Fernandez)

Rumah yang sebagian dindingnya sudah dirobohkan saat peristiwa 22 Januari 2025. (Dokumentasi Ricky Fernandez)

“Tindakan PT Krisrama itu sangat anarkis dan tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik,” kata warga Suku Soge tersebut.

Baca Juga  Selamat Jalan St. Biner Purba, Anggota Pemuda Batak Bersatu DPD Banten

Anton sedang berada di Kantor Pengadilan Negeri Sikka saat mendengar kabar bahwa rumahnya sudah rubuh. Ia makin panik setelah kerabatnya memberitahu bahwa isterinya, Katarina Ulin, (51), mengalami luka terkena reruntuhan. “Saya langsung pulang,” Anton ( 59) kepada Floresa, “tetapi bertemu di jalan dengan keluarga yang mengantar istri saya ke rumah sakit kata Anton.”

Istrinya sedang bersama beberapa warga lain yang bertamu ke rumah mereka di Utan Wair, Desa Nangahale ketika segerombolan orang datang,yang menurut Anton itu sebagai “sewaan PT Krisrama.”  merangsek masuk dan membawa eksavator melalui halaman pada pukul 09.30 Wita ujar Anton. “Mereka masing-masing memakai ikat kepala dan lengan dari kain berwarna merah-putih, sambil membawa serta parang, palu dan linggis.”

Gerombolan itu sambung Anton lagi, dipimpin oleh Romo Robertus Yan Faroka (?), Direktur Pelaksana PT Krisrama. Aparat keamanan muncul belakangan, mengawal proses penggusuran.

Saat tiba di lokasi, lanjut dia lagi, eksavator langsung disandarkan di atap, menyusul perintah agar semua orang yang berada di dalam rumah segera keluar.

Anton menirukan ucapan isterinya kepada operator alat berat itu : “Saya tidak mau keluar, ini rumah yang saya bangun dengan susah payah dan keringat darah.”

“Isteri saya juga merasa sangat takut untuk keluar meskipun rumah sudah goyang, karena di sekeliling rumah sudah ada orang-orang yang membawa parang panjang,” katanya.

Anton yang juga kebetulan sebagai Ketua Pelaksana Harian Aliansi Masyarakat Adat Nusantara [AMAN] Flores Bagian Timur itu mengatakan , reruntuhan rumah tersebut mengenai kaki kanan istrinya hingga luka. Selain itu, Katarina Keron dan Yakobus Juang, dua warga lain  yang sedang bertamu di rumah itu juga mengalami luka pada kaki.

Penggusuran itu merubuhkan sekitar 120 rumah, kata Anton. Dua unit berada di Utan Wair,  lebih dari seratus unit di Pedan, Desa Nagahale dan lima unit di Wair Hek, Desa Likong Gete.

Baca Juga  Polres Inhil Lepas Almarhum Iptu Fauzan dengan Upacara

“Tanaman yang hancur tidak terhitung sangkin banyaknya. Ada padi, jagung, jambu mete dan pisang.”

Selain digusur dan ditebang, jagung dan pisang “dibawa pulang oleh preman-preman itu kata Anton.”

Sementara itu Kepala Suku Soge, Ignasius Nasi mengisahkan penggusuran itu terjadi saat isterinya sedang sakit. Ia berkata Romo Yan Faroka sempat mendekatinya, mengusulkan untuk memfasilitasi isterinya ke rumah sakit dengan mobil ambulans, tetapi ditolaknya.

Ignatius Nasi mengatakan  saya  mendekati Romo Yan Faroka mengusulkan untuk memfasilitasi isterinya ke rumah sakit dengan mobil ambulans, tetapi ditolaknya.

Sementara dia berdebat dengan Romo Yan, katanya, “dia punya kelompok yang pakai ikat kepala kain merah dan di tangan warna kuning, sudah mulai dengan linggis dan palu pukul itu tiang teras, tiga-tiganya, termasuk tiang sudut.  mereka sudah putuskan . Dinding semuanya sudah rubuh ke tanah.”

“Lalu ada yang masuk, buka pintu, mama di dalam sudah pingsan, lalu saya angkat anak keluar [rumah] dalam keadaan pingsan. Terpaksa saya punya anak yang bawa mama mereka ke rumah sakit,” katanya.

Ricky Fernandes, (25), warga adat Suku Soge berkata, ada ratusan aparat gabungan Polisi, TNI dan Polisi Pamong Praja yang berjaga-jaga.

“Ada dua unit kendaraan Pol PP, tentara tiga mobil, ditambah polisi,” katanya.

Penggusuran itu membuat sekitar 200 orang terpaksa tinggal di sekitar bekas reruntuhan rumah mereka untuk bermalam. Sebagian membangun tenda darurat dari terpal dan kayu.

Dalam beberapa video yang diperoleh Floresa, selama penggusuran, warga yang didominasi perempuan, melakukan protes dengan mengadang alat berat.  Ada juga yang memilih memakan tanah, upaya untuk mencegah penggusuran berlanjut.

“Inikah perbuatan orang kudus?” teriak seorang perempuan, diiringi tangisan rekan-rekannya.

Anton telah melaporkan kejadian tersebut ke Polres Sikka, yang direspons dengan permintaan untuk mengumpulkan data-data korban, termasuk rumah dan tanaman yang hancur.

Peristiwa ini telah memicu kecaman luas terhadap Keuskupan Maumere, berikut para imam Katolik yang juga hadir di lapangan selama penggusuran.  (Ringo)……. bersambung .

Share :

Baca Juga

Uncategorized

Ketua PD Pewarna Banten Kukuhkan Erwin Silitonga Sebagai Ketua PC Kota Tangerang Periode 2024-2026

Uncategorized

Hari Ini Truk Tambang Mulai Beraktivitas Usai Penghentian Sementara, Tindak Tegas Bila Melanggar*

Uncategorized

Bupati Bersama Kajari Humbahas Laksanakan Serah Terima Rumah Dinas Kepala Seksi Kejari Humbahas.

Uncategorized

Transformasi Pulau Penjara, Nusakambangan Menjadi Lumbung Ketahanan Pangan Nasional

Uncategorized

Perayaan Natal Kelompok Lansia dan Kaum Wanita Pouk Maranatha Sitanala Minggu, 1 Desember 2024

Uncategorized

Perayaan Natal Pemuda POUK Maranatha: Natal dalam Kasih dan Semangat.

Uncategorized

Polres Metro Tangerang Kota Gelar patroli cipta kondisi jelang pilkada 2024

Uncategorized

Diduga Dana Kominfo Kabupaten Tangerang Picu Konflik dan Kekecewaan Bagi Aktivis dan Wartawan 

Contact Us