ampah Plastik Di Lautan Indonesia
Jakarta, November, Liputan Nusantara (LN), Ekopraksis Laudato Si merupakan upaya nyata untuk mengimplementasikan ajaran Paus Fransiskus dalam ensikliknya, Laudato Si, yang menekankan pentingnya menjaga bumi sebagai rumah bersama.
Salah satu praktik peduli lingkungan sehari-hari adalah pengurangan penggunaan plastik sekali pakai. Dengan membawa tas belanja sendiri, botol air, dan peralatan makan yang dapat digunakan berulang kali, kita dapat mengurangi limbah plastik yang mencemari lautan dan ekosistem. Langkah kecil ini tidak hanya mengurangi beban lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya konsumsi yang bertanggung jawab.
Sebagaimana yang saya Kabiro DKI Jakarta,beritakan di Liputan Nusantra ini, pada edisi 15 Oktober 2024, dibawah judul “Hari Sampah Elektronik Sedunia (E-waste Day).
Lautan Sampah plastic
Dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya ( masa itu) memimpin Aksi Bersih Negeri Serentak bersama seluruh unsur masyarakat di Karawang, Jawa Barat, Jumat, 8/3/2024. Menteri Siti bersama OASE Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin oleh Ibu Liza Erick Thohir, didampingi antara lain oleh Perwakilan PJ Gubernur Jawa Barat, Bupati Karawang, Aep Syaepuloh, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3), Rosa Vivien Ratnawati.
Saya jelaskan pada waktu itu, Menteri Siti Nurbaya dalam pidatonya menyampaikan bahwa pencapaian target pengelolaan sampah menuju Indonesia Bersih 2025 sekaligus upaya mengatasi persoalan sampah plastik tidak dapat dilakukan secara biasa-biasa saja, perlu revolusi perubahan perilaku semua pihak untuk mengelola sampah dengan tuntas.
Dengan mengambil tema “Atasi Sampah Plastik dengan Cara Produktif”, rangkaian acara Hari Peduli Sampah
Aksi Peduli Lingkungan: Gerakan Bersih Sampah di Desa Sopotinjak
Nasional (HPSN) Tahun 2024, termasuk kegiatan Aksi Bersih Negeri diharapkan dapat menjadi momentum penting untuk mengarustamakan isu penyelesaian polusi plastik, memperkuat posisi Pemerintah Indonesia dalam International Legally Binding Instrument on Plastic Pollution (ILBI) dan kesiapan dalam melaksanakan komitmen Zero Waste Zero Emission 2050. Hal ini sebagai usaha bersama untuk memperkuat posisi sektor pengelolaan sampah sebagai pendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia dan manifestasi prinsip pengelolaan sampah berkelanjutan yang memaduserasikan antara ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup .
Keteladanan Peduli Lingkungan
Demikian juga di edisi lain ( 27 Oktober 2024 ) media ini dibawah judul “ Urgensi Pertobatan Ekologis untuk alam yang lebih baik”. Saya jelaskan bahwa persoalan lingkungan , seperti pemanasan global, polusi udara,dan hilangnya keanekaragaman hayati.menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan hidup manusia dan makhluk lain di bumi. Pertobatan ekologis kini menjadi penting mengingat dampak negatif dari aktivitas manusia terhadap alam semakin nyata.
Ensiklik Laudato Si, merupakan sebuah master piece Paus Fransiskus bagi keselamatan alam dan segala isinya. Penulis menyebutnya, master piece sebab, tulisan ini memberi perhatian besar kepada upaya-upaya kita merawat bumi secara universal dan peduli terhadap perubahan iklim yang terus menerus terjadi. Sebagaimana yang saya publikasikan di media ini pada edisi 4 April ’24 dibawah judul” Ensiklik Laudato Si untuk semua orang”
Menanamkan Sikap Peduli Lingkungan ke Si Kecil
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Gerakan Laudato Si’ atau dalam bahasa Inggrisnya Laudato Si’ Movement (LSM) adalah jaringan global lebih dari 900 organisasi Katolik dan lebih dari 10.000 pemimpin akar rumput terlatih yang dikenal sebagai Animator Laudato Si’. Terinspirasi oleh ensiklik Laudato Si’ dari Paus Fransiskus, misi LSM adalah untuk “menginspirasi dan memobilisasi komunitas Katolik untuk merawat rumah kita bersama dan mencapai keadilan iklim dan ekologis”.
Melalui ekopraksis Laudato Si, setiap individu memiliki peran penting dalam menjaga bumi. Dengan mengadopsi praktik-praktik sederhana namun efektif dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mewujudkan visi Paus Fransiskus tentang dunia yang lebih adil dan berkelanjutan. Mari kita mulai dari langkah kecil untuk perubahan besar, demi masa depan yang lebih baik bagi semua makhluk hidup di bumi. Dengan membawa tas belanja sendiri, botol air, dan peralatan makan yang dapat digunakan berulang kali, kita dapat mengurangi limbah plastik yang mencemari lautan dan ekosistem. Langkah kecil ini tidak hanya mengurangi beban lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya konsumsi yang bertanggung jawab.
Impor Sampah Plastik di Indonesia
Pada awal April 2024, sejumlah aktivis lingkungan di Indonesia melakukan unjuk rasa menuntut penghentian pengiriman sampah plastik ke Indonesia oleh Jepang. Sebagaimana yang saya publikasikan di media ini pada edisi 27 September 2024 dibawah judul “Sampah plastik dilautan Indonesia“ impor sampah plastik di Indonesi. “Pengiriman sampah plastik ke negara-negara berkembang seperti Indonesia tidak hanya merupakan tindakan tidak etis, tetapi juga menciptakan dampak serius bagi ekosistem sungai dan kesehatan,” kata Alaika Rahmatullah, koordinator aksi, dalam siaran persnya. Idealnya, negara pengimpor sampah plastik dapat memperoleh keuntungan finansial sekaligus tetap menjaga kelestarian lingkungan apabila mampu mengelola dan memanfaatkan dengan baik sampah plastik kiriman dari negara pengekspor. Namun, kenyataannya, banyak sampah plastik yang dikirim ke Indonesia tidak dapat digunakan, antara lain karena kondisinya yang tidak layak (terkontaminasi, terdegradasi/terurai, dan sebagainya) dan fasilitas pengelolaan yang kurang memadai. Penelitian Ecoton dan Nexuse menemukan bahwa antara 25-50% sampah plastik yang diimpor oleh perusahaan daur ulang plastik dan kertas di Indonesia tidak dikelola dengan baik.
Sampah plastik impor pada akhirnya mendatangkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti yang terjadi di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo dan di Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto—dua wilayah yang menjadi penampung limbah plastik impor bersamaan dengan impor limbah kertas.
Sebuah penelitian mengungkap bahwa kandungan dioksin dalam telur ayam di dua desa tersebut sangat tinggi, yakni mencapai 200 pikogram per gram lemak, jauh melampaui standar aman yang ditetapkan Badan POM (0,5 pikogram per gram lemak). Di Makassar, 55% sampel ikan yang dijual di pasar tradisional mengandung puing-puing plastik beracun.
Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 tahun 2016, impor dan ekspor limbah diizinkan sepanjang limbah tersebut tidak berbahaya dan tidak beracun (non-limbah B3). Limbah yang dikategorikan sebagai B3 adalah limbah yang mengandung unsur/senyawa yang mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, infeksi, korosif, dan beracun. Namun, meskipun tidak dianggap sebagai berbahaya, impor limbah plastik tetap membutuhkan pengawasan yang ketat karena potensinya untuk terurai menjadi mikroplastik yang dapat mencemari ekosistem dan dapat membahayakan kesehatan.
Indonesia sendiri menghasilkan 12,87 juta ton sampah plastik setiap tahunnya, dan sebagian sampah tersebut tidak terkelola. Kondisi ini dapat menjadi semakin parah dengan masuknya sampah plastik dari luar negeri dan menjadi penghambat Indonesia dalam mencapai target bebas sampah plastik pada tahun 2030.
Untuk menjaga kelestarian alam melalui penghijauan dan konservasi menjadi bagian tak terpisahkan dari ekopraksis Laudato Si. Menanam pohon, merawat taman, serta melestarikan habitat alami membantu mempertahankan biodiversitas dan keseimbangan ekosistem. Dengan tindakan ini, kita tidak hanya melestarikan alam untuk generasi sekarang, tetapi juga untuk generasi mendatang.
Sebagaimana penulis beritakan di Liputan Nusantara ini pada edisi 17 November 2024 dibawh judul “Betapa pentingnya menanam pohon menjaga kelestarian lingkungan hidup, disitu saya jelaskan bahwa menurut Menurut Sr. Vincentia Koordinator Laudato si Indonesia secktor Pendidikan mengatakan , menanam pohon bukan semata-mata hasil, tetapi sebuah masa depan dimana kita dapat mewariskan kebaikan bumi bagi anak cucu dan semua ciptaan. Siapa yang menanam pohon dia menanam harapan, yakni harapan bagi bumi yang lebih baik ujarnya.
Kegiatan ini dikordinir oleh Animator Laudato Si Indonesia Lampung ini dalam rangka menyambut peringatan Hari Hutan Sedunia
Prof.Dr. Martin Harun.OFM sebagai nara sumber dalam diskusi serial Esoterika yang ke 55 ini pada Selasa, 19 Nobember 2024, mengatakan:
Ensiklik Laudato Si’ bukanlah pertama-tama tentang ekopraksis tetapi tentang hal-hal mendasar yang harus mendorong kita ke ekopraksis, ke arah kehidupan dan tindakan peduli lingkungan. Langkah-langkah yang diperlukan untuk pelestarian atau pemulihan lingkungan alam, dan sudah dilakukan oleh sebagian orang / gerakan yang peduli. Contoh paling konkret kata romo Martin, adalah kalimat dalam LS 211 ini: Pendidikan ekologis dapat mendorong berbagai perilaku yang memiliki dampak langsung dan signifikan untuk pelestarian lingkungan. Tetapi, juga ada kalimat realistis seperti ini, sambung romo Martin Harun: “Orang-orang muda memiliki kepekaan ekologis baru dan semangat yang murah hati, dan beberapa dari mereka membuat upaya mengagumkan untuk melindungi lingkungan hidup; tetapi mereka yang dibesarkan dalam lingkungan yang konsumeris dan sangat sejahtera, mengalami kesulitan untuk mengembangkan kebiasaan lain. Maka, kita dihadapkan dengan suatu tantangan pendidikan.” (LS 209).
Beberapa sekolah sudah membuktikan pentingnya dan hasilnya pendidikan
ekologis!
* Ekologi sudah menjadi bagian penting kurikulum.
* Pelajaran ekologi disertai latihan praktis.
* Keluarga siswa dilibatkan
* Untuk study tour dicari tempat pengalaman ekologis
Pendidikan ekologis di sekolah juga memiliki keterbatasan lanjutnya lagi.
* Biasanya hanya sebagian kecil dari masalah LH bisa dijelaskan dan
dipahami (berkaitan dengan sampah, atau kebun organik)
* Hanya beberapa tindakan yang sesuai bisa dilatih (mis. 3R, kompos).
* Banyak sekolah belum menyadari urgensi masalah ini atau belum
kembangkan kurikulum, tenaga guru untuk pendidikan LH.
* Dan lebih dari 80% warga kita tidak lagi di sekolah
Belajar dari cara Agama-agama Membina Umatnya.
Agama-agama besar memiliki mekanisme pembinaan umat sepanjang umur, dari muda sampai tua, dengan terus-menerus menjalankan siklus tahunan hari-hari raya dan hari-hari peringatan. Melalui Hari-hari Raya dan juga hari-hari peringatan lain dari tahun ke tahun, iman dan praktik kehidupan umat terus dibina, dimantapkan. Mereka juga menetapkan tanggal-tanggal ‘bersejarah’ tertentu menjadi momen perayaan atau peringatan menyangkut nilai atau soal tertentu yang ingin mereka sadarkan dan wujudkan di tengah masyarakat.
Pada hari peringatan / perayaan tahunan mereka mendorong penyadaran dan tindakan berkaitan dengan.
*. Nilai-nilai yang menyangkut kita bersama (keadilan, damai, dlsb),
*. Masalah-masalah yang perlu diatasi bersama (perdagangan manusia atau
organnya, diskriminasi rasial, dlsb)
*. kategori orang yang menderita (penyakit tertentu, OBK, profesi.)
*. aktivitas esensial untuk semua (pendidikan, pers, penghakiman, dlsb).
Demikian sekelumit diskusi serial Esoterika yang ke 55 ini pada Selasa, 19 Nobember 2024 yangn baru lalu. (Ring- o)