Temu Pendidik ZWS
Jakarta, Desember, Liputan Nusantara (LN), Zero Waste School adalah Program yang bertjuan untuk meningkatkan kesadaran siswa terhadap lingkungan dan mengurangi konsumsi sampah plastik di sekolah. .Zero Waste School (ZWS) merupakan kegiatan turunan dari program Plastic Smart
Cities WWF- Indonesiaq yang memaksimalkan sekolah untuk ikut berperan meningkatkan kesadaran siswa dengan membangun-program aksi dengan mengurangi konsumsi sampah plasik.
Program ini diselenggarakan
oleh WWF Indonesia bekerja sama dengan Guru Belajar Foundation dan Ikatan Guru
Indonesia (IGI), melibatkan berbagai elemen sekolah seperti guru, murid, dan orang tua.
Program ini terdiri dari berbagai rangkaian kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan peserta dalam implementasi Zero Waste.
Pendampingan ZWS Jakarta & Bogor
Ide Praktik Pembelajaran Menggerakkan Komunitas Sekolah Menuju Zero Waste Schoo seperti yang ditulis oleh : Lela Melawati Nopita Dewi, S.Pd.,Amanda Nur Pangestuti, S.Pd. Muhammad Rachim Yanwar, S.Pd. guru SDN Gunung Batu 2, dengan judul “SEKOLAHKU PEDULI SAMPAH”.
Sekolahku Peduli sampah adalah program yang dirancang oleh SD N Gunung Batu 2.
Untuk membudayakan Zero Waste School, Sekolah ini memiliki sekitar 700 siswa, sehingga menghasilkan potensi sampah yang besar. Saat ini, kesadaran membuang sampah pada tempatnya dan upaya pengurangan sampah masih rendah. Banyak ditemukan sampah plastik dari kemasan jajan siswa yang tercecer, serta volume sampah yang dibuang ke tempat penampungan masih sangat tinggi.
Program ini diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian terhadap sampah melalui penerapan student agency, dengan siswa terlibat aktif menemukan solusi untuk menciptakan budaya minim sampah di sekolah.
Sebagaimana Saya Kabiro Liputan Nusantara DKI Jakarta, beritakan di media ini edisi 15 Deswmber dibawah judul “ Kapan PlASTIK MENJADI Sampah” ?Disana saya jelaskan bahwa Jadi plastik menjadi sampah,masalah lingkungan sebenarnya disebabkan oleh kebiasaan manusia itu sendiri, kebiasaan mudah membuang, bahwa Sampah sebagaimana yang saya beritakan di media ini edisi September, dibawah judul “Hari Sampah Elektronik Sedunia (E-waste Day) tanggal 14 Oktober 2024.“ menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah diartikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Selanjutnya guru SD N Gunung Batu 2. Ini meneruskan tulisannya, Program ini diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian terhadap sampah melalui penerapan student agency, dengan siswa terlibat aktif menemukan solusi untuk menciptakan budaya minim sampah di sekolah.
Namun kata mereka, terdapat beberapa tantangan dalam pelaksanaan program ini. Sebagian besar guru dan siswa masih terbiasa menggunakan kemasan sekali pakai, diperburuk oleh penjual makanan di sekitar sekolah yang menggunakan plastik dan styrofoam. Selain itu, belum semua guru menunjukkan komitmen sebagai teladan dan pemantau program, sehingga pengawasan terhadap siswa masih lemah. Tantangan terbesar adalah kolaborasi dengan orang tua siswa untuk mengubah kebiasaan membuang sampah sembarangan sebagai wujud kepedulian terhadap kebersihan lingkungan.
Untuk mengatasi tantangan ini, program SKUPA dilakukan dengan beberapa langkah yang mendukung
student agency siswa, yaitu: Merekrut dan mengedukasi Duta SKUPA sebagai perwakilan setiap kelas yang bertugas mengampanyekan dan memantau program, termasuk mencatat pelaksanaan membawa bekal dan piket kelas dalam form yang disediakan. Membuat dua tempat sampah upcycle (organik dan anorganik) dari galon bekas di setiap kelas, sambil membiasakan siswa memilah sampah.
Menerapkan jadwal membawa bekal dua kali per pekan untuk mengurangi sampah kemasan plastik.
Membiasakan warga sekolah membawa tumbler dan wadah saat membeli makanan di kantin.
Melaksanakan operasi semut untuk membersihkan area sesuai jadwal piket kelas.
Melakukan kampanye SKUPA dari kakak kelas kepada adik kelas untuk meningkatkan kesadaran bersama.
Berdasarkan hasil evaluasi, program ini menunjukkan dampak positif. Kesadaran siswa untuk membuang sampah pada tempatnya meningkat, dan kebiasaan mengambil sampah yang tercecer mulai terbentuk melalui operasi semut. Selain itu, siswa dan guru semakin terbiasa membawa bekal dari rumah, sehingga sampah plastik di sekolah berkurang.
Sebagian siswa sudah mulai membawa wadah saat membeli makanan di kantin. Program ini menjadi langkah awal untuk menumbuhkan kepedulian terhadap sampah, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan ke depannya diharapkan dapat mengembangkan kegiatan daur ulang.
Demikian ketiga guru SDN Gunung Batu 2 tersebut mengakhiri tulisannya (Ring-o)
Untuk edisi berikut akan mengangkat Tema “Meningkatkan Kesadaran Siswa Terhadap Lingkungan Dan Mengurangi Konsumsi Sampah”