Paus Menandatangani Surat Apostolik Memperingati 60 Tahun Gravissimum Educationis
Jakarta, Novembmum Educationiser, Liputan Nusantara(LN), Gravissimum Educationis.berarti “Sangat Pentingnya Pendidikan. “Ringkasan” dari Surat Apostolik “Menggambar Peta-Peta Baru Harapan” dari Paus Leo XIV yang secara khusus berbicara sangat elaboratif tentang Pendidikan Katolik. Dokumen ini me mperingati 60 tahun terbitnya Gravissimum Educationis.
Paus membuka surat ini dengan sebuah ajakan profetis: “menggambar peta-peta baru harapan”. Dunia telah berubah secara cepat; karenanya, Gereja perlu menata ulang orientasi pendidikannya agar tetap setia pada misi Injil. Paus menulis: “Tidak cukup bagi kita untuk berjalan dengan peta lama. Laut kehidupan manusia telah berubah, dan arusnya kini menantang iman serta akal kita.”


Suasana sekolah di zaman penjajahan. (Foto: Istimewa/KITLV

Lembaga Pendidikan Katolik dan Perutusan di Bidang Politik dan Demokrasi di Indonesia
Refleksi ini berakar pada peringatan 60 tahun Gravissimum educationis, dokumen penting Konsili Vatikan II tentang pendidikan Kristen. Paus menegaskan bahwa semangat dokumen itu tetap hidup, namun kini mesti “diterjemahkan dalam konteks manusia yang terdigitalisasi, terfragmentasi, dan sering kali kehilangan arah.” Pendidikan bukan sekadar aktivitas sosial atau teknis, melainkan bagian dari missio ecclesiae — karya evangelisasi yang menyalurkan kasih Allah dalam bentuk pendampingan, dialog, dan pembentukan manusia seutuhnya.

Sekolah Katolik dan perutusan
Sejarah pendidikan Katolik adalah sejarah Roh yang bekerja dalam sejarah manusia. Gereja disebut “ibu dan guru,” bukan karena supremasinya, melainkan karena pelayanannya.
Beragam gaya pendidikan yang muncul sepanjang masa menunjukkan visi tentang manusia sebagai gambar Allah, yang dipanggil kepada kebenaran dan kebaikan, serta memperlihatkan pluralitas metode yang melayani panggilan tersebut. Karisma-karisma pendidikan bukanlah rumusan yang kaku, melainkan jawaban orisinal terhadap kebutuhan setiap zaman.
Paus mengenang santo-santa pendidik seperti:
* Santo Yosef Calasanz (1557–1648): membuka sekolah gratis bagi anak-anak miskin di Roma — “sebuah revolusi kelembutan di zaman yang menutup pintu bagi yang papa.”
* Santo Yohanes Baptista de La Salle: menyusun sistem pendidikan guru awam, menekankan metodologi dan formasi pedagogis.
* Santo Yohanes Bosco: menciptakan metode preventif — mendidik dengan cinta, bukan hukuman.
* Santo Marcellin Champagnat, Santa Francesca Cabrini, Santa Katharine Drexel, dan Santa Elizabeth Ann Seton: semuanya menghidupkan pendidikan sebagai pelayanan belas kasih bagi anak-anak, perempuan, imigran, dan kaum tertinggal.
Gravissimum Educationis menegaskan hak setiap orang atas pendidikan dan memandang keluarga sebagai sekolah pertama kemanusiaan. Gereja dipanggil menciptakan lingkungan yang menyatukan iman dan budaya serta menghormati martabat manusia. Dokumen ini menolak pandangan komersialisasi pendidikan yang mereduksi manusia menjadi sekadar “profil kompetensi” atau alat ekonomi.
Pendidikan Kristiani harus membentuk manusia seutuhnya—jiwa, akal, hati, dan tindakan—serta menempatkan etika dan pelayanan pada pusat profesionalitas. Nilai pendidikan tidak diukur dari efisiensi atau manfaat praktis, melainkan dari kemampuannya menegakkan martabat, keadilan, dan kebaikan bersama. Sejalan dengan pemikiran St. John Henry Newman, pendidikan Katolik menolak logika pasar dan menyerukan visi humanisme integral yang memulihkan makna, relasi, dan harapan dalam masyarakat.
Pendidikan bukan sekadar transfer pengetahuan, tetapi pembentukan kebajikan — proses menjadi warga yang siap melayani dan orang beriman yang memberi kesaksian, manusia yang lebih bebas dan tidak hidup sendiri. Pendidikan sejati menuntut ketekunan: menjadi profesional dibangun sedikit demi sedikit, tahun demi tahun, melalui pengorbanan dan kerja keras.
Memang Guru bukan lah orang hebat ,tetapi semua orang hebat berkat jasa seorang guru, sebagaiman saya tulis dalam sebuat tulisan ilmiah di media ini pada edisi Nobember 2024.
Demikian juga di edisi lain (21 Nov,24 ) dibawah judul “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. saya memberitakan ,dalam rangka Hari Guru Sedunia menyoroti kontribusi dan prioritas guru dalam pendidikan. Peringatan Hari Guru Sedunia merayakan peran guru dalam perkembangan pendidikan di seluruh dunia.( dilansir dari situs Unesco).
Apa itu guru menurut Ki Hajar Dewantara?
“Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah” – Ki Hajar Dewantara – Guru adalah sosok yang memiliki peran penting sebagai pendidik, pembimbing, dan penginspirasi dalam kehidupan seseorang.1 Jan 2025
Menurut Kihajar Dewantara Guru adalah sosok yang memiliki peran penting sebagai pendidik, pembimbing, dan penginspirasi dalam kehidupan seseorang. Namun, guru tidak selalu berarti seseorang dengan gelar atau profesi tertentu. Setiap orang yang memberi pelajaran atau inspirasi baik melalui tindakan, kata-kata, atau teladan dapat disebut sebagai guru. Seorang teman, orang tua, atau bahkan pengalaman hidup bisa menjadi guru yang berharga.
Ada tiga semboyan dari Kihajar Dewantara sebagaimana saya sebutkan Dalam tesis waktu menempuh program Pasca sarjana yaitu, “Ing Ngarso Sung Tulodo,( Didepan harus bisa memberi teladan ) Ing Madyo bangun Karso ( Ditengah harus bisa memberi bimbingan ) Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan )
Selanjutnya Peringatan 60 tahun Gravissimum Educationis pada Oktober 2025 ini ditandai dengan Paus Leo XIV menandatangani sebuah Surat Apostolik dan memimpin perayaan Ekaristi untuk memperingati deklarasi Konsili Vatikan II tentang pendidikan Kristen tersebut. Peristiwa ini bertujuan untuk merefleksikan relevansi Gravissimum Educationis di masa kini, membahas tantangan pendidikan saat ini, serta mendorong sekolah dan universitas Katolik untuk menjadi tempat yang mengembangkan iman dan akal budi secara bersamaan.
Pendidikan sebagai kasih dan pembebasan: Paus Leo XIV menekankan bahwa pendidikan sejati adalah tindakan kasih yang memerdekakan, yang mampu mengangkat manusia dari keterbatasannya dan memberikan visi yang menyeluruh.(Ring-o)
[15.27, 3/11/2025] Ringo: DOKUMEN PERINGATAN Gravissimum Educationis

		
		
				
			
                
                
                
                




		
 
 
 
 
 






