(Ide pembelajaran oleh: Drs. Sadono. M.Pd,Wahyu Wijayanti, S.Pd,Nova Sustrianna, S.Pak, Amelia Ikbal, S.Pd,Putri Nurul Ardyani, S.Pd)
Jakarta, Desember, Liputan Nusantara (LN) , Pengolahan sampah dikalangan pelajar, sebagaimana yang saya publikasikan di media ini edisi 24 Oktober, dibawah judul : “Sampah di Kalangan Pelajar”menjelaskan bahwa salah satu masalah di dunia ini adalah sampah. Kesadaran masyarakat menjaga lingkungan masih sangat rendah.Demikian juga pada edisi 17 Oktober 2024 di media yang sama (LN), dibawah judul “ Ubah Sampah menjadi berkah” dan edisi – edisi sebelumnya. Dalam menghimbau masyarakat agar senantiasa mengolah sampah menjadi berniali ekonmis.
Para siswa mencoba seperti membuat akuarium mini, pot gantung, serta ecobrick yang digunakan untuk membangun pergola dan pagar taman sekolah.
Pada substansi lainnya, saya Kabiro Liputan Nusantara DKI Jakarta, Mengemukakan bahwa : Sampah dan Pendidikan : Bagaimana kaitan nya ?
Mengawali ide pembelajarannya mereka menuliskan Kondisi kebersihan di sekolah sering menjadi perhatian, terutama pada antrean di kantin memakan waktu, sedangkan jam istirahat hanya berlangsung selama 15 menit. Untuk mengatasi masalah ini, sekolah meluncurkan sebuah program kreatif bernama Gerakan Detektif Sampah yang dipimpin oleh Tim Sains 160. Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran warga sekolah terhadap pengelolaan sampah melalui aksi nyata. Pada awal program, tim ini mengumpulkan sampah dari lantai atas hingga dasar setiap hari, kemudian memilah dan memanfaatkannya. Frekuensi pengumpulan sampah kemudian dikurangi menjadi seminggu sekali setelah kebiasaan positif mulai terbentuk. saat jam istirahat. Tempat sampah yang cepat penuh dan sampah bekas makanan yang sering ditemukan di kolong meja siswa menunjukkan kurangnya kesadaran sebagian siswa terhadap pentingnya kebersihan lingkungan. dan tempat makan sendiri dari rumah. Kantin sekolah juga menghadapi tantangan tersendiri. Mereka belum menemukan alternative tempat untuk makanan berkuah yang ramah lingkungan, sehingga penggunaan plastik masih menjadi pilihan. Di sisi lain, penggunaan tempat makan membutuhkan waktu lebih lama karena system antrean di kantin memakan waktu, sedangkan jam istirahat hanya berlangsung selama 15 menit. Selain itu,sambung mereka, sekolah mewajibkan seluruh warga sekolah, baik siswa maupun guru, untuk membawa tumbler dan alat makan sendiri. Sampah yang terkumpul oleh Tim Detektif Sampah dimanfaatkan dengan kreatif, seperti membuat akuarium mini, pot gantung, serta ecobrick yang digunakan untuk membangun pergola dan pagar taman sekolah.
Sebagian besar siswa kini memahami pentingnya memilah sampah dan memanfaatkan limbah menjadi barang yang bernilai.
Hasil dari program ini mulai terlihat. Sebagian besar siswa kini memahami pentingnya memilah sampah dan memanfaatkan limbah menjadi barang yang bernilai. Kesadaran akan kebersihan lingkungan, khususnya di area kelas, juga meningkat secara signifikan. Selain menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat, program ini memberikan pembelajaran berharga kepada siswa tentang tanggung jawab lingkungan dan pentingnya kolaborasi dalam menjaga kebersihan.
Hasil kreativitas para siswa
Gerakan Detektif Sampah membuktikan bahwa dengan pendekatan yang kreatif dan melibatkan seluruh komunitas sekolah, perubahan positif dalam kebiasaan sehari-hari dapat terwujud. Program ini tidak hanya mengatasi masalah sampah, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keberlanjutan kepada generasi muda.Mengakhiri Ide Pembelajarannya (Ring-o)