Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Surabaya memperingatkan bumi tengah berada di ambang kehancuran akibat keserakahan manusia dan krisis iklim yang semakin parah.
Jakarta, November, Liputan Nusantara (LN), Salah satu momen penting dalam perjalanan aktivisme Greta Thunberg adalah perjumpaannya dengan Paus Fransiskus. Pada April 2019, Greta bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan.Sebagaimana saya (Ringo) penulis artikel dimedia ini pada edisi November dibawah judul “Kisah Greta Thunberg, remaja yang menantang pemimpin dunia di konferensi perubahan iklim COP25”. Dalam pertemuan tersebut, Paus Fransiskus memberikan dukungannya terhadap gerakan yang dipimpin oleh Greta


Greta menyerukan pada pemimpin Uni Eropa untuk melupakan Brexit dan berkonsentrasi pada perubahan iklim.

Mantan Presiden SBY dalam pidato ilmiah pada Dies Natalis ke-65 ITS Surabaya (net)
Greta, di sisi lain, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dukungan tersebut dan memberikan hadiah simbolis berupa poster bertuliskan “Join the Climate Strike,” yang menunjukkan ajakan kepada semua orang, termasuk tokoh agama, untuk terlibat dalam perjuangan melawan perubahan iklim.

Greta Thunberg mogok sekolah untuk Iklim

Thunberg (dua, dari kiri) akan menghadiri persidangan pada 24 Juli, bersama tiga pengunjuk rasa lainnya

Thunberg (dua, dari kiri) akan menghadiri persidangan pada 24 Juli, bersama tiga pengunjuk rasa lainnya
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, yang akrab disapa SBY mengingatkan bahwa krisis iklim bukanlah takdir alam. Melainkan dampak dari keserakahan manusia dalam mengeksploitasi sumber daya bumi. Pernyataan tersebut disampaikan SBY saat melakukan orasi ilmiah di acara Dies Natalis ke-65 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Selasa (11/11). Pada acara tersebut, SBY juga dianugerahi penghargaan 10 Nopember.
“Mari kita hentikan keserakahan. Greed. Kita tidak ingin menjadi greedy nation (negara serakah), yang kita perlukan sebatas yang kita perlukan, need, not greed (butuh, bukan serakah),”ujar SBY.
Ia tidak ingin Indonesia bergerak menjadi bangsa yang serakah. Sebaliknya, SBY berharap Tanah Air bisa menjadi bagian dari pihak yang ikut berkolaborasi dalam agenda global Net Zero World by 2060.
Iklim adalah rata-rata kondisi cuaca suatu wilayah dalam jangka panjang (sekitar 30 tahun atau lebih), sedangkan karbon adalah unsur kimia yang menjadi dasar kehidupan di Bumi dan sangat penting dalam iklim melalui senyawa karbon dioksida (\(CO_{2}\)) yang memerangkap panas atmosfer. Perubahan iklim sering dikaitkan dengan peningkatan emisi karbon dari aktivitas manusia yang mengubah keseimbangan energi planet ini.Sebagaimana penulis (Ringo) publikasi di media ini, dibawqh judul “DI BALIK PELUANG PENDANAAN IKLIM DAN KEJAHATAN KARBON” Disitu penulis menjelaskan bahwa Secara umum, emisi karbon menyebabkan peningkatan suhu bumi sehingga terjadi perubahan iklim seperti es di kutub mencair dan volume air laut meningkat. Peningkatan suhu dan perubahan iklim dapat menyebabkan virus penyakit baru bertumbuh.
Karbon dioksida merupakan gas rumah kaca utama yang berkontribusi terhadap perubahan iklim baru-baru ini . Karbon dioksida memasuki atmosfer melalui pembakaran bahan bakar fosil, sampah padat, pepohonan, dan material biologis lainnya, serta sebagai akibat dari reaksi kimia tertentu, seperti produksi semen.
Lebih lanjut , SBY Tokoh dari Pacitan ini menilai keserakan dan eksploitasi menjadi akar dari krisis iklim global. Ia berharap alam Indonesia tak dieksploitasi secara berlebihan, melainkan hanya digunakan seperlunya saja.
Mantan Menko Polkam itu mendorong pemerintah untuk menyusun kebijakan berkelanjutan, serta menanamkan sikap tidak serakah dalam memanfaatkan alam. Nilai itu harus menjadi dasar pembangunan ekonomi Indonesia di masa depan.
“Pendekatan kultural menyangkut values, human behavior, hidup hemat, tidak rakus, tidak serakah agar buminya selamat. Harus masuk dalam elemen pembangunan ekonomi Indonesia ke depan,” jelas SBY.
Di lansir dari jatim.jpnn.com, – Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan orasi ilmiah di peringatan Dies Natalis ke-65 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Selasa (11/11).
Dalam paparannya, SBY mengajak agar negara di beberbagai belahan dunia untuk menghentikan eksploitasi berlebihan terhadap lingkungan.
Akibat keserakan ini terjadilh tragedy kemanusiaan , yang menimbulkakan kerugian material dan korban manusia sebagai aakibat bencana banjir bandang , dan tanah longsor diberbagai daerah.
Menurutnya, kegiatan itu menjadikan bumi berada di ambang kehancuran akibat keserakahan manusia dan krisis iklim yang makin parah.
Melihat kondisi tersebut, SBY berharap Indonesia menjadi bagian dan mengelaborasi agenda dunia Net Zero World by 2060, yakni target mencapai net zero emissions pada tahun 2060.
Hampir sama dengan keinginan Greta, (15 ) memulai aksi mogok sekolah sebagai bentuk protes terhadap kurangnya tindakan serius dari pemerintah Swedia terkait perubahan iklim. Aksi ini, yang dikenal dengan “Skolstrejk för klimatet” atau Mogok Sekolah untuk Iklim,
segera menarik perhatian global, dan dalam beberapa minggu, gerakan Fridays for Future pun lahir.(Segaimana penulis beritakan di media ini edisi Agustus “24 dibawah judul, “GRETA THURNBERG BERJUMPA PAUS FRANSISKUS”
Penulis telah menjelaskan bahwa, Pemikiran Greta Thunberg tentang perubahan iklim berakar pada konsep keadilan iklim dan tanggung jawab moral. Ia sering menekankan bahwa generasi muda akan menanggung beban terbesar dari dampak perubahan iklim, sementara generasi saat ini yang paling banyak berkontribusi terhadap krisis ini, belum mengambil tindakan yang memadai. Ini menciptakan kesenjangan antar generasi yang mendalam, di mana tanggung jawab dan akibat dari tindakan atau ketidakberdayaan saat ini jatuh pada mereka yang tidak memiliki andil dalam menciptakan masalah tersebut.
Lebih lanjut “Elaborasi dari kita ikut mencapai agenda dan kepentingan global sambung SBY adalah ekonomi kita ke depan harus leading to Net Zero Indonesia by 2060 sebagai bagian dari Net Zero World by 2060. Kalau tidak, kiamat. Bumi kita tidak sanggup lagi,” kata SBY di hadapan civitas academica ITS.(Ring-o)














