Aksi Protes Perubahan Iklim di Sejumlah Daerah
Jakarta, Desember, Liputan Nusantara (LN). Dalam WAG,Cipryanus Laudato Si Indonesia, mengangkat, topik “ kerusakan alam dan penyakit manusia “. Dalam WAnya,dia mengatakan bahwa,seharian packing kalender dan mengirim sebagian kecil di antaranya (mohon sabar bapak ibu semua, sebagian sudah di perjalanan sih) ujarnya.Dia bercerita, bahwa ia ketemu semalam dengan pak Ramos Tobing dan Bu pasutri motor penggerak Gerakan Laudato Si’ chapter Balikpapan yang sedang berkunjung ke Yogya (salut dan respek untuk Bapak Ibu berdua!), pagi-pagi tadi ngobrol tentang Laudato Si’.
Dampak Iklim terhadap kesehatan manusia.
Satu pertanyaan yang muncul di otak saya,kata Cipry “Apa dampak kerusakan lingkungan pada kualitas kesehatan manusia” ? Tentu sudah banyak riset tentang hal ini, cuma saya saja yang belum masuk ke semesta itu ujarnya. Nah sepertinya, itu tema yang akan bergema di pikiran saya minggu ini hubungan antara kerusakan alam dan kesehatan manusia.ungkapnya.
Silaturahmi Penggiat LSI di Cigwa Wisata, Gadok.
Berbicara tentang Laudato si, sebagaimana yang saya (Ringo) Kabiro Liputan Nusantara DKI Jakarta beritakan pada edisi April ’24 dibawah judul “Ensiklik Laudato Si’ untuk Semua Orang” disitu saya jelaskan bahwa , Ensiklik Laudato Si, merupakan sebuah master piece Paus Fransiskus bagi keselamatan alam dan segala isinya. Penulis menyebutnya, master piece sebab, tulisan ini memberi perhatian besar kepada upaya-upaya kita merawat bumi secara universal dan peduli terhadap perubahan iklim yang terus menerus terjadi.
Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan Manusia dan Lingkungan
Disamping itu saya kemukakan juga bahwa , Paus Fransiskus pada bulan Mei 2015 telah mengeluarkan ensiklik “Laudato Si” yang mengajak kita semua untuk menjaga, merawat alam dari kehancuran. Ensiklik Laudato si’ (bahasa Italia yang berarti “Puji Bagi-Mu”) adalah ensiklik kedua dari Paus Fransiskus. Ensiklik ini memiliki subjudul On the care for our common home (dalam kepedulian untuk rumah kita bersama). Dalam ensiklik ini, Paus mengkritik konsumerisme dan pembangunan yang tak terkendali, menyesalkan, terjadinya kerusakan lingkungan dan pemanasan global, serta mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengambil “aksi global yang terpadu dan segera”
Guru Besar Universitas Indonesia sekaligus Ketua Research Center for Climate Change (RCCC) UI Budi Haryanto (tengah) dalam diskusi Indonesia Net-Zero Summit yang diadakan di Jakarta, Sabtu (24/8/2024)
Disisi lain Paus Fransiskus juga mengatakan Berikut ini 5 trik yang bisa dilakukan agar Laudato Si Action Platform bisa berhasil dengan baik.
- Kegiatan Menanam anakan pohon harus menjadi Gerakan Bersama
- Harus memilih lokasi penanaman yang cocok dan letaknya yang strategis
- Penentuan Waktu tanam yang pas
- Pemilihan bibit tanaman dan media tanam yang tepat
- Melakukan Pertobatan ekologis
Kerusakan Lingkungan dapat menimbulkan bebagai penyakit seperti ,
- Penyakit pernapasan : Polusi udara dapat menyebabkan penyakit asma, bronkitis, dan infeksi saluran pernapasan akut.
- Penyakit jantung
Polusi udara dapat menyebabkan aterosklerosis, yaitu penyempitan pembuluh darah yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, penyakit arteri perifer, serangan jantung, atau stroke.
- Penyakit kanker
Polusi tanah dapat meningkatkan risiko kanker kulit, kanker payudara, kanker usus, dan kanker pankreas.
- Penyakit yang ditularkan binatang
Perubahan lingkungan dapat meningkatkan populasi dan perilaku vektor penyakit, seperti nyamuk, lalat, dan kecoa. Penyakit yang ditularkan oleh binatang tersebut di antaranya demam berdarah dengue, malaria, dan kaki gajah.
- Penyakit lainnya
Polusi air dapat menyebabkan penyakit disentri, diare, polio, dan polera. Polusi tanah juga dapat menyebabkan gangguan ginjal, gangguan organ reproduksi, dan kelainan atau cacat bawaan pada janin.
Kerusakan alam bisa juga diakibatkan Perubahan Iklim.
Perubahan iklim mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini terjadi secara alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia telah menjadi penyebab utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan emisi gas rumah kaca yang bekerja seperti selimut yang melilit Bumi, menghasilkan panas matahari dan menaikkan suhu.
Contoh emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim termasuk karbon dioksida dan metana. Ini berasal dari penggunaan bensin untuk mengendarai mobil atau batu bara untuk memanaskan gedung, misalnya. Pembukaan lahan dan hutan juga dapat melepaskan karbon dioksida. Tempat pembuangan sampah merupakan sumber utama emisi metana. Energi, industri, transportasi, bangunan, pertanian dan tata guna lahan termasuk di antara penghasil emisi utama.
Dalam edisi Desember ’24 di media ini dibawah judul “Apa itu, Proklim, tujuan dan Manfaatnya ? Saya memberitakan bahwa, Proklim menciptakan pendekatan inovatif melalui kemitraan publik-swasta dalam upaya pengendalian perubahan iklim. Demikian juga dalam edisi 12 Desember’24 dibawh judul judul ”Komitmen Global dan Aksi Lokal Iklim Indonesia” Saya jelaskan bahwa Indonesia mendapat predikat sebagai negara super power dalam pengendalian perubahan iklim. Hal itu diungkap oleh Alok Sharma Presiden Konferensi Perubahan Iklim Dunia (COP) ke 26 di Glasgow Inggris akhir tahun 2021. Predikat ini menjadi semangat Indonesia untuk terus meningkatkan aksi-aksi iklim demi menjaga suhu bumi tidak meningkat lebih dari 2 derajat.Dikutip dari siaran PERS Nomor: SP.363/HUMAS/PPIP/HMS.3/12/2022.
Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Laksmi Dhewanti menyebutkan di tahun 2022 telah terbit dokumen IPCC yang baru Assesment Report (AR6) yang menjelaskan bahwa dampak terhadap lingkungan dan ekosistem akibat kenaikan suhu 2 derajat celcius itu jauh sekali melampaui yang diprediksikan. “Oleh karena itu ujar Laksi, jika kita semua tidak bisa menjaga kenaikan suhu ini kita akan kehilangan banyak sekali ekosistem penting,” kata dia pada acara Refleksi Kinerja KLHK Tahun 2022, di Jakarta, Kamis (29/12).
Menilik kondisi Global di tahun 2022 tantangan pengendalian perubahan iklim menjadi cukup berat karena terpengaruh berbagai krisis akibat konflik Geopolitik Global. Di tengah kondisi yang kurang baik tersebut. Indonesia tetap dapat menunjukkan komitmen globalnya melalui contoh-contoh nyata (leading by examples) dalam mengatasi perubahan iklim dengan meningkatkan ambisi iklim.(Ring-o)