GRETA THURNBERG(15 tahun ) berjumpa dengan PAUS FRANSISKUS menyuarakan krisis iklim.
Jakarta, Februari,Liputan Nusantara( LN).Sebagaimana saya(Ringo) Kabiro media LIputan Nusantara DKI Jakarta, beritakan di media ini pada edisi 26 November’24 dibawah judul “ Memaknai 10 Tahun Ensiklik Laudato Si Indonesia” telah saya jelaskan bahwa, Laudato si’ (bahasa Italia Tengah yang berarti “Puji Bagi-Mu”) adalah ensiklik kedua dari Paus Fransiskus. Ensiklik ini memiliki subjudul “On the care for our common home” (Dalam kepedulian untuk rumah kita bersama).Ensiklik tersebut, tertanggal 24 Mei 2015, dipublikasikan secara resmi pada siang hari (waktu setempat) tanggal 18 Juni 2015 dan disertai dengan konferensi pers.
Patung Yesus Sibea-bea di Danau Toba Pulau Samosir sebagai sentrum tobat ekologis.
Vatikan merilis dokumen tersebut dalam bahasa Italia, Jerman, Inggris, Spanyol, Prancis, Polandia, Portugis, dan Arab.
Laudato Si Action Platform (LSAP) adalah platform aksi Laudato Si’ yang diluncurkan oleh Dicasteri untuk Promosi Pembangunan Manusia yang Integral dan Laudato Si’ Movement. LSAP memperkenalkan kita tujuh tujuan LS yang diwujudkan melalui 7 sektor dalam 7 tahun ke depan.
Dilansir dari hidupkatolik.com, Komitmen merawat Ibu bumi adalah panggilan mendesak bagi seluruh umat Katolik dan masyarakat pada umumnya. Di tengah melemahnya komitmen ekologis dunia akibat terkooptasinya isu lingkungan oleh kepentingan modal dan politik dalang diplomasi international, bayang-bayang Perang Dingin Baru dan menguatnya mereka yang skeptis pada isu lingkungan, panggilan penguatan gerakan ekologis mutlak dilakukan.
Suster Vincentia HK,Koordinator Laudato Si sektor Pendidikan bersama remaja/kaum muda Papua.
Gerakan Laudato Si’ Indonesia sebagai gerakan akar rumput bersama merawat kehidupan yang lahir 10 April 2021 sejak mula berusaha mencari terobosan dalam mengembangkan kesadaran dan aksi ekologis di tengah umat beriman dan masyarakat umum. Sebagai gerakan yang bermisi menyebarluaskan pertobatan ekologis dan memperjuangkan keadilan iklim, Gerakan Laudato Si’ Indonesia perlahan tumbuh di berbagai daerah dan beragam karya.
Laudato Si Bocil
Pada kesempatan lain,penulis juga telah kemukakan tentang Gerakan Ekologis di media ini pada edisi Oktober’24 dibawah judul “Urgensi Pertobatan Ekologi untuk Alam yang lebih Baik“. Penulis menjelaskan bahwa Persoalan lingkungan, seperti pemanasan global, polusi udara, dan hilangnya keanekaragaman hayati, menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan hidup manusia dan makhluk lain di bumi. Pertobatan ekologis kini menjadi penting mengingat dampak negatif dari aktivitas manusia terhadap alam semakin nyata.
Pekan Laudato Si’ lahir pada tahun 2016 saat perayaan ulang tahun pertama ensiklik kepausan Paus Fransiskus, Laudato Si’: On Care For Our Common Home.seperti yang saya sebutkan diatas.
Perayaan ekaristi bersama
Ensiklik Laudato Si, merupakan sebuah master piece Paus Fransiskus bagi keselamatan alam dan segala isinya. Penulis menyebutnya, master piece sebab, tulisan ini memberi perhatian besar kepada upaya-upaya kita merawat bumi secara universal dan peduli terhadap perubahan iklim yang terus menerus terjadi. Sebagaimana yang saya publikasikan di media ini pada edisi 4 April ’24 dibawah judul” Ensiklik Laudato Si untuk semua orang.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Gerakan Laudato Si’ atau dalam bahasa Inggrisnya Laudato Si’ Movement (LSM) adalah jaringan global lebih dari 900 organisasi Katolik dan lebih dari 10.000 pemimpin akar rumput terlatih yang dikenal sebagai Animator Laudato Si’. Terinspirasi oleh ensiklik Laudato Si’ dari Paus Fransiskus, misi LSM adalah untuk “menginspirasi dan memobilisasi komunitas Katolik untuk merawat rumah kita bersama dan mencapai keadilan iklim dan ekologis”.
Dosen Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Datu Hendrawan, menyampaikan, sejak Paus Fransiskus mengeluarkan ensiklik Laudato Si, istilah pertobatan ekologis semakin populer. Pertobatan ekologis merupakan konsep yang mengajak orang untuk menjalani kehidupan lebih seimbang dengan alam dan untuk mempertanggungjawabkan diri secara sosial dan spiritual terhadap lingkungan.
Pekan Laudato Si’ 2023 diselenggarakan pada 21-28 Mei 2023 untuk merayakan ulang tahun kedelapan penerbitan ensiklik Laudato Si’.
Para pegiat lingkungan Indonesia yang tergabung dalam Gerakan Laudato Si Indonesia (LSI) menggelar Pertemuan Nasional (PERNAS) yang kedua di Hening Griya, Purwokerto, Jawa Tengah, 25 hingga 27 Agustus 2023.
Ketua Umum Gerakan Laudato Si Indonesia, Cyprianus Lilik Krismantoro mengatakan gerakan Laudato Si berawal dari KTT Perubahan Iklim tahun 2015 di Manila yang muncul dengan nama Global Catholic Climate Movement (GCCM). Kemudian berubah nama menjadi Laudato Si Movement pada tahun 2021 dengan misi menginspirasi dan memobilisasi Komunitas Katolik untuk merawat bumi rumah bersama.
“Ada 7 ( tujuh) sektor Laudato Si’ Action Platform. Sektor yang berkembang sangat pesat saat ini adalah sektor pendidikan hingga menghasilkan buku dokumentasi kegiatan Laudato Si’,” kata Lilik, sebagaimana dikutip dalam rilis yang dikirim AG Irawan ke Joglosemarnews.
Sementara Ketua Bidang Bidang Pendidikan dan Animasi Gerakan Laudato Si’ Indonesia, Robertus Adi Rusprianto mengungkapkan, metode pembelajaran yang dipakai dalam program LSI adalah pembelajaran orang dewasa. “Belajar melalui pengalaman nyata, mendalaminya dan menarik kesimpulan yang akan menghasilkan rencana aksi dan penerapan,” terang Adi, yang juga aktivis kerelawanan di Banjarnegara, Jateng.
Gerakan LSI ini diharapkan juga mampu menjadi gerakan akar rumput dalam gereja. Dasar dan landasan gerakan adalah ensiklik Bapa Paus Fransiskus tentang Laudato Si’, Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium Gereja Katolik.
Pada 24-27 Oktober 2024 ini, kita Gerakan Laudato Si’ Indonesia menyelenggarakan pertemuan Nasional Ketiga. Perjumpaan ini berlangsung di Rumah Retret Ngison Nando, Kalianda, Lampung Selatan. (Sebagaimana saya publikasikan di media ini pada edisi Oktober ’24 dibawah judul “Pernas III 24- 27 Oktober 2024 , di Rumah Retret Ngison Nando di Kalianda, Lampung Selatan telah Selesai”
Kegiatan dibuka oleh Mgr. Vincentius Setyawan Triatmojo pada 24 Oktober 2024 sore. Selanjutnya, Uskup Allwyn D’Silva, Ketua OHD-CCD FABC sekaligus uskup emeritus Mumbai, India, dalam rekaman pesannya bagi para peserta menekankan perlunya kembali mendasarkan upaya mengembangkan semangat laudato Si dengan terjun langsung dan berjumpa dengan realitas korban ketidakadilan iklim dan kerusakan ekologis. Hanya dengan berjumpa langsung dengan pengalaman korban, spirit Laudato Si’ menjadi penuh dan bermakna.
Pertemuan nasional(Pernas III)ini, diakhiri dengan perayaan ekaristi yang dipersembahkan oleh Rm. Irtikandik Darmawanto, O.Carm, didampingi Rm Adrianus Satu Manggo (Vikaris Jenderal Keuskupan Tanjungkarang), dan tiga Romo lainnya. ( Ring-o)