Delegasi UBS dan Pejabat NRAA Pemerintah China di Beijing. Yang ber kopiah dari LAI.
Yang pakai kopiah dari LAI( Lembaga Alkitab Indonesia
September, Liputan Nusantara (LN),Kisah perjalanannya di kota Beijing, Shanghai, Nanjing, dan Kunming (keempatnya di China) yang dilakukannya ( Sigit Triyono-red) pada tanggal 8-16 September 2024. Dalam perjalanan nya menghasilkan beberapa hasil positif ujar Sigit, yaitu: (1) Memperkuat kemitraan United Bible Societies (UBS) dengan otoritas urusan agama, gereja, dan lembaga teologi, (2) Melanjutkan dialog untuk menjajaki pembentukan Lembaga Alkitab di China, dan (3) Mengidentifikasi peluang bagi UBS untuk meningkatkan dukungannya terhadap pelayanan Alkitab di China melalui kemitraan dengan gereja.
Delegasi UBS berpose bersama Pimpinan Seminary Teologi Nanjing Union. Nanjing.
Bagi saya pribadi kata Sigit, ini adalah kunjungan kedua saya ke daratan China. Kunjungan pertama saya adalah 28 tahun yang lalu, pada tahun 1996, ketika saya mengunjungi kota Shenzhen dalam perjalanan bisnis melalui Hong Kong. Kenangan saya tentang perjalanan ke Shenzhen samar-samar. Shenzhen saat itu masih dalam proses pembangunan intensif. Konon, saat ini Shenzhen telah menjadi kota terbesar keempat setelah Beijing, Shanghai, dan Nanjing.
Delegasi UBS di depan Katedral Kunming Diocee. Yunnan.
Kunjungan ke negara dengan jumlah penduduk 1,4 miliar ini sungguh sangat istimewa. Betapa tidak, ada banyak versi berita tentang China yang cukup membingungkan. Perjalanan ini sangat membantu untuk melihat realitas di China secara langsung: hitam-putih, merah-hijau, dan berbagai warna lainnya dari lapangan. Setidaknya kami dapat mendengar versi resmi tentang apa yang terjadi di China dari berbagai narasumber yang kami temui dan berdialog.
Dipimpin oleh Pendeta Dirk Gevers (Sekretaris Umum UBS), perjalanan ini difasilitasi oleh Dr. Bernard Low (Direktur UBS China Partnership) dan Ibu Cassandra Lim (Relation Manager China Partnership) yang menangani masalah logistik, transportasi, dan akomodasi, serta memastikan bahwa semua kunjungan dan pertemuan berjalan lancar dan baik. Peserta perjalanan sebagai delegasi UBS adalah: Mr. Bayarmagnai Bayardalai (Direktur Eksekutif Lembaga Alkitab Mongolia), Mr. Prakich Treetasayuth (Sekretaris Umum Lembaga Alkitab Thailand), Pendeta Priyanta Wijegoonawardena (Sekretaris Umum Lembaga Alkitab Sri Lanka), Pendeta Saw Sha Moe A Ye la (Sekretaris Umum designate Lembaga Alkitab Myanmar), dan saya (Sekretaris Umum Lembaga Alkitab Indonesia). Kami ditemani oleh Pendeta Liu Wei, dosen Perjanjian Baru dari Seminari Teologi Nanjing Union yang bertugas sebagai penerjemah.
Untuk tujuan perjalanan ini lanjut Sigit, kami mengunjungi lima pilar mitra UBS di China: (1) Mitra pemerintah: National Religious Affairs Administration (NRAA); (2) Mitra Gereja Protestan: China Christian Council (CCC) dan National Committee of the Three-Self Patriotic Movement of the Protestant Churches in China (TSPM) dan Yunnan CC&TSPM; (3) Mitra Gereja Katolik: Chinese Catholic Patriotic Association (CCPA) & Bishops’ Conference of the Catholic Church in China (BCCCC), dan Keuskupan Katolik Yunnan; (4) Mitra pendidikan teologi: Nanjing Union Theological Seminary dan Yunnan Theological Seminary; dan (5) Mitra produksi Alkitab: Amity Printing Company.
Ketika kami mengunjungi NRAA sambungnya Sigit lagi, departemen pemerintah China yang menangani urusan agama di China, kami diterima oleh Mr. Ni Zhiqian (Wakil Direktur Biro Urusan Agama) yang sangat ramah dan tampak sangat siap untuk berbagi dan berdialog dengan delegasi UBS. Pertemuan tersebut diadakan dalam suasana kenegaraan yang sangat formal, dengan posisi duduk seperti kepala negara didampingi oleh masing-masing penerjemah, namun tidak mengurangi keakraban dan rasa kekeluargaan.
Poin utama yang disampaikan oleh Direktur Ni adalah bahwa pemerintah China mendukung semua kegiatan gereja, baik Protestan maupun Katolik, dan pengadaan Alkitab di China. Menurut statistik pemerintah China, jumlah umat Kristiani (Protestan dan Katolik) terdaftar di China adalah sekitar 46 juta (3,3% dari total populasi). Ia menyampaikan rasa terima kasihnya atas bantuan UBS selama hampir 40 tahun dalam memenuhi kebutuhan umat Kristiani China akan Alkitab. Pemerintah China selalu terbuka untuk bekerja sama dengan negara dan pihak lain, dalam rangka memenuhi kebutuhan ibadah umat beragama di China. Terkait dengan pendirian Lembaga Alkitab di China, kelanjutan diskusi dan kajian yang lebih komprehensif masih diproses oleh pemerintah China.
tahun dalam memenuhi kebutuhan umat Kristiani China akan Alkitab. Pemerintah China selalu terbuka untuk bekerja sama dengan negara dan pihak lain, dalam rangka memenuhi kebutuhan ibadah umat beragama di China. Terkait dengan pendirian Lembaga Alkitab di China, kelanjutan diskusi dan kajian yang lebih komprehensif masih diproses oleh pemerintah China.
Pdt. Dirk Gevers menyampaikan sambutannya dengan memperkenalkan delegasi dari UBS. Ia menyampaikan rasa terima kasihnya atas semua dukungan yang diberikan oleh pemerintah China, dan menegaskan dukungan UBS yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan Alkitab di China. Pendeta Gevers juga menyampaikan tujuh bidang yang disetujui Sidang Umum UBS untuk difokuskan selama empat tahun ke depan, yaitu: Penerjemahan Alkitab, Pencetakan dan Pendistribusian Alkitab, Bible Engagement, Mission Resilience, Transformasi Digital, Creation Care, dan Pelayanan Diaspora.
Dialog dengan Direktur Ni berlangsung sangat hangat. Direktur Ni juga menyampaikan harapan agar beberapa kesalahpahaman tentang ajaran Kristen dapat dikoreksi melalui Alkitab. Di desa-desa, masih banyak umat Kristen yang belum memahami ajaran iman Kristen. Ia menceritakan sebuah kejadian yang menggelikan. Di salah satu desa yang dikunjunginya, ketika kata “Kristen” diucapkan dalam bahasa lokal di China, bunyinya mirip dengan kata yang berarti “ayam jantan berkokok.” Jadi masyarakat memahami bahwa untuk menjadi umat Kristen, yang penting adalah selalu bangun pagi-pagi ketika ayam jantan berkokok.
Dari diskusi dengan mitra pilar kedua, yaitu Gereja Protestan di China, diperoleh pemahaman tentang perjalanan gereja, situasi terkini, dan tantangan yang umumnya dihadapi. Gereja Protestan yang terdaftar di China merupakan Gereja yang berada di bawah satu atap, yaitu CCC dan TSPM.
Perjalanan gereja Protestan di China dimulai pada tahun 700-an di era yang sering disebut Nestorian. Dinamika perjalanan gereja tersebut sangat berwarna. Banyak proses dan perjuangan yang akhirnya membentuk gereja pasca-denominasi dan bersatu di bawah satu payung CCC dan TSPM. Baik NRAA maupun CCC dan TPSM hanya memberikan bantuan dan dukungan kepada gereja-gereja yang terdaftar di pemerintahan China. Kenyataannya, ada pula kegiatan gereja yang tidak terdaftar di administrasi pemerintahan. Kegiatan tersebut dinyatakan ilegal dan tidak mendapat dukungan dari pemerintah maupun kelompok gereja yang terdaftar.
Kondisi gereja Protestan di China saat ini (sekali lagi gereja yang terdaftar di administrasi pemerintahan) selalu menyelenggarakan ibadah secara normal seperti gereja-gereja di negara lain. Alkitab yang digunakan adalah Alkitab yang dicetak oleh Amity Printing Company dan versi Alkitab yang digunakan merupakan hasil dari upaya penerjemahan misionaris yang mematuhi standar penerjemahan Alkitab UBS. Ibadah gereja difokuskan pada penyelenggaraan ibadah hari Minggu, ibadah rumah tangga, dan ibadah serta pembinaan lainnya. Diakui banyak gereja di China yang dibantu oleh pemerintah dalam pembangunan dan renovasi gedung gereja tutup Sigit Priyanto. ( Ring-o)
Bersambung