Home / Jakarta

Kamis, 6 Maret 2025 - 09:19 WIB

Apa Arti Rabu Abu Bagi Umat Katolik?

Komunita Lansia Gereja Kp.Sawah Paroki St.Servatius Bekasi bertugas koor misa Rabu Abu hari Rabu 5 Maret ’25.Usai misa ,foto bersama dengan romo Clay

Jakarta, Maret, Liputan Nusantara(LN). Istilah Rabu Abu bagi umat Katolik juga dikenal dengan Ash Wednesday. Rabu Abu adalah hari pertama Prapaskah.  Rabu Abu selalu diperingati pada 40 hari sebelum Hari Raya Paskah (tanpa hari Minggu) atau 44 hari (termasuk hari Minggu) sebelum Jumat Agung. Tahun ini, Rabu Abu jatuh pada.( detik news)

Sebagaimana penulis (Ringo) kabiro Liputan Nusantara (LN) DKI Jakarta, beritakan di media ini edisi Februari ’24 dibawah judul “Empat  Event Penting Dalam Waktu Yang Hampir Bersamaan.

Rabu Abu? Istilah bagi umat Katolik itu juga dikenal dengan Ash Wednesday. Kebaktian Rabu Abu untuk menandakan mulainya Pra-Paskah. (Foto: PIUS ERLANGGA)

(Pemilu, Valentin Day, Imlek dan Rabu Abu)”Yang kita soroti adalah Rabu Abu saja.Rabu Abu Tahun ini jatuh pad Rabu 5 Maret ’25.

Ash Wednesday adalah peringatan Rabu Abu dengan pemakaian abu tanda salib di kening kepala umat Katolik, menurut situs Catholig.org. Abu melambangkan debu yang dipercaya digunakan Tuhan untuk menciptakan manusia. Selain itu, makna abu juga melambangkan kesedihan. Menurut kepercayaan umat Katolik, maksud kesedihan dalam hal ini adalah karena manusia dianggap telah berbuat dosa dan menyebabkan terjadinya perpecahan dari Tuhan.

Saat imam mengoleskan abu ke dahi seseorang, dia mengucapkan kata-kata,”Ingatlah bahwa kamu adalah debu, dan kamu akan kembali menjadi debu.” Imam juga dapat mengucapkan kata-kata, “Bertobatlah dan percayalah pada Injil.”

Gereja Katolik di seluruh dunia akan merayakan Rabu Abu, yang menjadi tanda dimulainya Masa Prapaskah.

Menurut Gereja Katolik, makna Rabu Abu adalah simbol penebusan dosa yang dijadikan sakramental dengan restu Gereja. Abu juga membantu dipercayai manusia dalam meningkatkan semangat kerendahan hati dan pengorbanan. Rabu Abu dirayakan dengan abu yang berasal dari daun palma yang telah diberkati di hari Minggu Palma pada tahun sebelumnya yang dibakar. Abu berbentuk tanda salib itu dioleskan ke kening dan tidak perlu dipakai sepanjang hari.

Meski begitu, abu yang dioleskan di kening setiap orang tersebut juga boleh dibasuh setelah Misa peringatan Rabu Abu selesai.

Baca Juga  "Ekopraksis dalam Kehidupan Sehari-hari   : Weinar Laudato si Indonesia , Kamis 20 Februari ‘25"

Menurut kepercayaan umat Katolik, Yesus juga menyinggung soal penggunaan abu kepada kota-kota yang menolak untuk bertobat dari dosa-dosa mereka. Setelah itu, Gereja Perdana.

Gereja Perdana mewariskan penggunaan abu untuk alasan simbolik yang sama. Selama abad pertengahan, gereja telah menggunakan abu untuk menandai permulaan masa tobat Prapaskah. Rabu Abu bagi umat Katolik sebagai pengingat akan ketidakabadian dan penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukan, dengan menaburi diri dengan abu serta membalut tubuh mereka dengan kain kabung.

 

Disisi lain, Dilansir situs Catholig.org, arti dari Ash Wednesday adalah peringatan Rabu Abu dengan pemakaian abu tanda salib di kening kepala umat Katolik. Abu melambangkan debu yang dipercaya digunakan Tuhan untuk menciptakan manusia.

Sejarah Peringatan Rabu Abu

Ash Wednesday artinya Rabu Abu. Dikutip dari situs Persatuan Gereja Indonesia, Kebaktian Rabu Abu sebenarnya sudah menjadi bagian dari Liturgi Gerejawi. Dalam Liturgi Gerejawi itu, Rabu Abu menjadi awal dimulainya masa Prapaska di mana umat melakukan pertobatan.

Penggunaan abu dalam liturgi berasal dari jaman Perjanjian Lama. Dalam abad kelima sebelum masehi, sesudah Yunus menyerukan agar orang berbalik kepada Tuhan dan bertobat, Kota Niniwe menyerukan puasa dan mengenakan kain kabung. Raja pun menyelubungi diri dengan kain kabung lalu duduk di atas abu.

Dalam abad pertengahan, gereja telah menggunakan abu untuk menandai permulaan masa tobat Prapaskah. Arti dari Rabu Abu bagi umat Katolik sebagai pengingat akan ketidakabadian dan penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Umat Katolik yang menyesali dosa-dosanya menaburi diri dengan abu serta membalut tubuh mereka dengan kain kabung.

 

Aturan Pantang dan Puasa Umat Katolik

Selain penerimaan abu sebagai simbol, umat Katolik juga melakukan puasa dan pantang pada hari Rabu Abu.

Sebelum merayakan Hari Raya Paskah, umat Katolik memperingati hari Rabu Abu seperti yang jatuh pada hari ini 5 Maret

 

Rabu Abu adalah penanda permulaan masa Prapaskah bagi umat Katolik yang berlangsung selama 40 hari sebelum Hari Paskah. Oleh karena itu, Rabu Abu menjadi tanda dimulainya umat Katolik memasuki tahap baru.

Baca Juga  Hari Persahabatan Manusia Internasional

 

Rabu Abu ditandai dengan penerimaan abu yang dioleskan pada dahi setiap umat Katolik dengan bentuk tanda salib. Adapun pengolesan abu kepada umat Katolik dilakukan oleh imam yang hadir.

Aturan Puasa Katolik di Masa Prapaskah Lengkap dengan Pantangnya

Dilansir dari laman resmi Iman Katolik, berpuasa dan berpantang wajib dilakukan mulai Hari Rabu Abu hingga Hari Paskah. Kewajiban ini untuk memperingati kesengsaraan yang dihadapi Yesus dan kematiannya.

 

Aturan Berpuasa

1.Makan kenyang satu kali dalam sehari

2.Boleh makan tiga kali sehari tapi dengan ketentuan, yaitu:

*.Kenyang, tak kenyang, tak kenyang

*.Tak kenyang, kenyang, tak kenyang

*.Tak kenyang, tak kenyang, kenyang

 

Aturan Berpantang

*.Pantang Daging

*.Pantang Rokok

*.Pantang Garam

*.Pantang Gula dan Manisan (permen, dan lain-lain)

*.Pantang Hiburan (radio, televisi, bioskop, dan film)

 

Baca juga:

Bacaan Doa Novena Tiga Salam Maria Lengkap dengan Waktu Membacanya

Arti Puasa dan Pantang

Masih dari laman Iman Katolik, dijelaskan bahwa puasa yang dimaksud dalam agama Katolik adalah tindakan sukarela untuk tidak makan atau minum. Baik seluruhnya yang sama sekali tidak makan atau minum apapun maupun sebagian yang berarti mengurangi makan dan minum.

Sedangkan pantang adalah hal-hal yang harus dihindari selama berpuasa. Mulai dari daging, rokok, garam, gula dan manisan, hingga hiburan.

Baca juga:

Bacaan Doa Bapa Kami Lengkap dalam Agama Kristen Protestan dan Katolik

Berpuasa dan berpantang memiliki makna yang besar bagi agama Katolik. Kewajiban ini memurnikan hati orang. Selain itu, hal ini juga membantu seseorang untuk fokus dalam berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah.

Puasa dan pantang menata hidup dan tingkah laku rohani umat. Dengan melaksanakan kewajiban ini, seseorang telah mengungkapkan rasa lapar akan Tuhan dan kehendakNya. Ia mengorbankan kesenangan sesaat, dengan penuh rasa syukur atas kelimpahan karuania Tuhan.

Seseorang yang mengerjakan puasa dan mematuhi pantangan berarti ia telah berupaya mengurangi keserakahan dan mewujudkan penyesalan atas dosa-dosanya di masa lampau.

Dengan berpuasa, orang menemukan diri yang sebenarnya untuk membangun pribadi yang selaras. Puasa membebaskan diri dari ketergantungan jasmani dan ketidakseimbangan emosi.(Ringo)

 

Share :

Baca Juga

Jakarta

“Lindungi lahan Basah Demi Masa Depan Kita Bersama”

Jakarta

“Sekolah : mata air budaya minim sampah” (Seri Hidup Minim Sampah-seri 23)

Jakarta

Proyek Strategis Nasional (PSN), Kerap Disindir Publik Sebagai Proyek Sengsara Nasional,Mengapa” ?

Jakarta

” Apa Itu Gaya Hidup Zero Wasste” ?

Jakarta

Pengusuran lahan di Sikka.

Jakarta

Menjadi Konsumen Cerdas: Panduan Memilih Produk Minim Sampah (Seri Hidup Minim Sampah )

Jakarta

‘Mengenal Metode Sanitary Landfill, Keuntungan dan Kerugiannya

Jakarta

“Ekopraksis dalam Kehidupan Sehari-hari   : Weinar Laudato si Indonesia , Kamis 20 Februari ‘25”

Contact Us