Menu

Mode Gelap
Malam Penghiburan Keluarga Mely Sihombing: Duka Mendalam Pemuda Batak Bersatu Provinsi Banten Ditresnarkoba Polda Banten Ungkap Peredaran Obat Keras Senilai Rp150 Juta, Dua Tersangka Ditangkap Lapas Jember Bekali Warga Binaan dengan Keterampilan untuk Masa Depan yang Lebih Baik Jumat Berkah, GWI Bagikan Nasi Kotak Gratis untuk Masyarakat Para penguna Jalan Polri Tetapkan Tiga Tersangka Kasus Beras Tak Sesuai Standar Mutu, Termasuk Direktur Utama PT FS* “Anak  Muda Mengubah Dunia  Lewat  Sampah”.

Jakarta

“Anak  Muda Mengubah Dunia  Lewat  Sampah”.

badge-check


					“Anak  Muda Mengubah Dunia  Lewat  Sampah”. Perbesar

Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.

Jakarta, Juli, Liputan Nusantar (LN), Salah satu masalah yang ada di seluruh dunia ini adalah sampah. Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan sekitar, memang masih sangat kurang. Tak heran jika jumlahnya terus bertambah dari hari ke hari, hingga akhirnya menggunung

Sampah adalah : Sisa buangan dari  suatu produk atau barang yang sudah tidak digunakan  lagi,tetapi masih dapat didaur ulang  menjadi barang yang bernilai.

Masyarakat masih sering membuang sampah seenaknya. Tidak hanya masyarakat strata menengah ke bawah saja yang berperilaku membuang sampah seenaknya, akan tetapi juga masyarakat kelas atas. Masih banyak dijumpai orang membuang sampah dari mobil ketika melaju di jalanan. Dengan sikap rendah hati, iklas, sabar, penuh kasih memampukan tumbuhnya komitment, kreativitas, serta inovasi diri untuk mengenali karakter setiap jenis sampah serta mendaur ulang, ” Berubah menjadi seperti yg dipikirkan dengan sentuhan kreativitas

Karyawan memilah botol di pabrik daur ulang plastik dekat Nairobi, Kenya

Pengadilan PBB mengeluarkan keputusan penting tentang iklim dan berita alam serta iklim lainnya

Anak muda memiliki peran penting dalam mengubah dunia melalui inovasi dan aksi nyata terkait pengelolaan sampah. Mereka tidak hanya menyuarakan isu lingkungan, tetapi juga menciptakan solusi kreatif seperti mendaur ulang sampah menjadi produk bernilai, menggalakkan gaya hidup minim sampah, dan mengkampanyekan kesadaran lingkungan melalui media social

Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq usai menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Pengelolaan Sampah Tahun 2024 di Jakarta, Kamis (12/12/2024). (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)

Dalam rangka  Hari Peringatan  Sedunia (HPS) 16 Oktoberia,24 sebagaimana yang telah saya publikasikan melalui media ini, dibawah judul  “Prepare For the Unexpected” atau ” bersiap menghadapi hal yang tidak terduga”.

Sebagaimana penulis jelaskan pada media ini edisi  Desember “24 dibawah judul, “Pengelolaan Sampah Menjadi isu Srategis Pada Level Iternasional”.

Penulis menjelaskan bahwa . Indikator (Sustainabel  Development Goals (SDGS) dari World Bank menempatkan sampah sebagai salah satu alat ukur. Hukum alamnya, selagi ada manusia, maka sampah pasti selalu ada. Logikanya juga semakin maju peradaban manusia, pengelolaan sampah harusnya makin maju, bukan statis. Tahun 2001, Pemerintah Jerman memulai terobosan baru. Mereka melakukan proses Close Cycle Management, sebuah sistem yang bertujuan mengubah pengelolaan limbah menjadi sumber daya. Program ini mencatat keberhasilan sehingga sampah dapat menjadi sumber bahan mentah dan energi yang berguna.

Pada awal April 2024, sejumlah aktivis lingkungan di Indonesia yang telah saya beritakan  di media ini edisi Desember ’24, melakukan unjuk rasa menuntut penghentian pengiriman sampah plastik ke Indonesia oleh Jepang. “Pengiriman sampah plastik ke negara-negara berkembang seperti Indonesia tidak hanya merupakan tindakan tidak etis, tetapi juga menciptakan dampak serius bagi ekosistem sungai dan kesehatan,” kata Alaika Rahmatullah, koordinator aksi, dalam siaran persnya. Idealnya, negara pengimpor sampah plastik dapat memperoleh keuntungan finansial sekaligus tetap menjaga kelestarian lingkungan apabila mampu mengelola dan memanfaatkan dengan baik sampah plastik kiriman dari negara pengekspor. Namun, kenyataannya, banyak sampah plastik yang dikirim ke Indonesia tidak dapat digunakan, antara lain karena kondisinya yang tidak layak (terkontaminasi, terdegradasi/terurai, dan sebagainya) dan fasilitas pengelolaan yang kurang memadai.

Penelitian Ecoton dan Nexuse menemukan bahwa antara 25-50% sampah plastik yang diimpor oleh perusahaan daur ulang plastik dan kertas di Indonesia tidak dikelola dengan baik.

Jepang juga begitu ketat dalam mendorong kedisiplinan warganya untuk mengelola sampah (Defitri, 2022). Keberhasilan negara-negara ini bisa juga dilihat dari beberapa negara lain seperti Swedia dan Korea Selatan. Jika dilihat pada keberhasilan negara tersebut, kunci terpenting dalam urusan sampah adalah inovasi dan teknologi. Sampah tidak dianggap barang buangan yang tak berguna, justru bisa jadi sumber pendapatan yang menggiurkan. Sampah punya nilai ekonomis. Pada sisi inilah, bentukan ekonomi sirkular dari pengelolaan sampah memiliki memiliki kekuatan yang optimal dalam perspektif ekonomi lingkungan. Warga terlibat, secara sadar dan terintegrasi untuk membangun mekanisme sirkularitas pengelolaan sampah, khususnya perkotaan Municipal Solid Waste, (MSW). Inovasi pengelolaan memberi jalan pada masyarakat untuk terlibat. Peranan alat dan teknologi yang inovatif memberi kemudahan, sekaligus peluang, untuk mengatasi persoalan sampah melalui pengelolaan yang bersifat ekonomi sirkuler.

Cerita Ribka, Ubah Diri untuk Mengubah Dunia Sekitar melalui Program i2Change (.dikutip dari https://savethechildren.or.id) Insecure saat ini menjadi sebuah istilah yang populer digunakan untuk memaknai rasa tidak percaya diri seseorang. Hal inilah yang dialami oleh Ribka, anak muda berusia 18 tahun dari Sumba yang saat ini sudah duduk di bangku perkuliahan. Sehari-hari, Ribka merasa dirinya sangat pemalu dan kurang percaya diri untuk berbicara di depan umum. Setiap Ribka mendapat kesempatan untuk menyampaikan pendapat di muka umum, tangan dia akan merasa gemetar dan muncul perasaan takut.

“Dulu setiap ada kesempatan untuk menyampaikan bertanya di kelas, rasanya takut sekali untuk angkat tangan,” ucap Ribka ketika ditanya tentang pengalamannya saat duduk di bangku SMA.

Namun, rasa takut ini tidak menghalangi Ribka untuk terus meningkatkan kepercayaan dirinya. Oleh karena itu, Ribka termotivasi untuk bisa melakukan perubahan dalam dirinya. Ketika mendengar ada program untuk anak dan orang muda dari Save the Children, Ribka langsung tergerak untuk mendaftar. “Waktu itu dengar dari teman yang pernah ikut kegiatan Save the Children, katanya kegiatannya seru dan bisa belajar banyak hal. Kebetulan di Sumba jarang sekali ada kegiatan untuk anak muda jadi saya langsung ambil kesempatan untuk daftar.”

 

Selama kurang lebih lima bulan, dari bulan Juni-Oktober 2022, ia mengikuti Program  i2Change atau Inclusive Incubator for Future Changemakers dari Save the Children. Ribka dan 45 anak lain didampingi dan mendapatkan berbagai pelatihan seperti design thinking, presentasi ide, komunikasi, dan advokasi isu-isu sosial yang dialami dan dirasakan oleh anak Sumba. Kegiatan-kegiatan dalam i2Change bertujuan untuk meningkatkan kapasitas anak-anak dan orang muda di Sumba dalam menemukan solusi atas permasalahan sosial yang ada dan menjadikan mereka agen pembawa perubahan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Ribka dan timnya, Prairame Club, menginisiasi proyek daur ulang sampah  dan sosialisasi peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah di Desa Lapale, Kabupaten Sumba Barat. Proyek ini dibangun oleh Ribka dan tim karena melihat keresahan di masyarakan akan sampah yang berserakan di mana-dimana dan terbatasnya tempat sampah di desa tersebut.

“Saat kami datang ke Lapale, kami melihat anak-anak bermain di tengah tumpukan sampah. Sampah sangat berserakan dan bahkan ada bangkai hewan. Bahkan, salah satu warga bercerita bahwa ada satu anak yang meninggal karena tertimbun sampah saat sedang bermain,” ungkap Ribka.

Ribka bersama timnya membuat aksi perubahan melalui manajemen bank sampah. Mereka mengadakan lokakarya daur ulang sampah untuk warga Desa Lapale dan memberikan pelatihan untuk mengubah sampah menjadi barang yang bernilai. Sebanyak 22 warga dari tiga dusun berpartisipasi dalam kegiatan yang diinisiasi oleh Ribka dan tim. Hasil dari lokakarya ini kemudian dipamerkan dan dijual dalam “Festival Trash to Cash”.

Proyek yang dijalankan Ribka berhasil membawa namanya melambung dan dikenal sebagai gadis pengubah sampah di kampusnya. Ribka diberikan kepercayaan oleh kepala program studi di universitas untuk menceritakan pengalamannya dalam menjadi agen pembawa perubahan di komunitas di hadapan 500 mahasiswa saat kegiatan class meeting penerimaan mahasiswa baru.

Pendekatan yang dilakukan pada program ini mengacu pada tiga pilar, yaitu kesempatan yang setara, belajar dan praktik, dan gaungkan suara anak. Dengan meningkatkan kapasitas anak-anak melalui pendekatan tersebut, Save the Children mendorong anak-anak dan orang muda agar mereka menjadi agen pembawa perubahan yang berani memimpin proyek perubahan yang memberikan dampak positif bagi sekitar. Melalui program i2Change, anak-anak dan orang muda di Sumba berhasil memimpin proyek perubahan untuk menyelesaikan isu-isu sosial yang menyita perhatian mereka.

Untuk pertama kalinya dalam sejarahnya, Forum Ekonomi Dunia akan menyambut para remaja pembawa perubahan ke Pertemuan Tahunan di Davos-Klosters untuk meningkatkan kolaborasi antar generasi.

Tidak sedikit anak muda telah menunjukkan komitmen yang luar biasa dalam menjaga lingkungan. Dengan semangat dan kreativitas, mereka tidak hanya menjadi bagian dari solusi, tetapi juga menginspirasi masyarakat luas untuk berkontribusi dalam pelestarian alam.

 

Dari aksi kecil hingga gerakan besar, peran anak muda dalam menjaga lingkungan semakin krusial. Dengan semangat juang dan inovasi, mereka menjadi pahlawan yang tak terlihat, berjuang demi masa depan bumi yang lebih baik.(dikutip dari GPOP-https://generasipopuler.com/aksi-anak-muda-bersih-bersih-sampah). Dalam perjuangan ini, setiap langkah kecil sangat berarti. Saatnya kita semua mendukung dan memberikan ruang bagi generasi muda untuk terus beraksi.

Koordinator Divisi Lingkungan Hidup GenBI Universitas Palangka Raya (UPR) Rina Seruyana menekankan anak muda perlu terlibat langsung dalam aksi menjaga kebersihan dan lingkungan. Pun mengedukasi masyarakat agar peduli terhadap lingkungan. Sebagai penggiat isu lingkungan tentu dirinya sangat berharap aksi bersih-bersih dapat terus dilakukan dan menjadi sesuatu yang sustainable. “Lingkungan itu sangat penting untuk keberlangsungan hidup generasi kita,” tambahnya. Beni berharap anak-anak muda lainnya dapat mengikuti jejak mereka untuk perduli terhadap lingkungan. Bisa dengan berpatisipasi terhadap giat kebersihan di lingkungan. Mulai dari sekitar tempat tinggal saja, karena kalau bukan kita siapa lagi?. utup  Beni. (Ring-o)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

” Penguatan Kampung Prokilim “

30 Juli 2025 - 13:00 WIB

“Hari Kakek Nenek dan Lanjut Usia Sedunia – 27 Juli 2025”

29 Juli 2025 - 07:41 WIB

“Tempe, Makanan Tradisional Indonesia Menembus Pasar Dunia “

24 Juli 2025 - 10:45 WIB

 ” Pelatihan pembuatan Laporan Penelitian Tindakan Kelas dengan Menggunakan Artificial  InteligensDi SMA Al Mubarok Jati Asih Bekasi 11 Juli 2025″.

24 Juli 2025 - 04:09 WIB

“Pelatihan Deep Learning Untuk Guru SD SDN Bungur Senen Jakarta Pusat

22 Juli 2025 - 08:57 WIB

Trending di Jakarta