Nevil Pinto, yang memimpin aksi bersih-bersih pantai di India musim panas ini, memberikan nasihat berikut: “Mulailah dari rumah dengan memilah sampah Anda sendiri dan berikan nasihat kepada tetangga Anda untuk melakukan hal yang sama dengan penuh kasih.”
Jakarta, Agustus, Liputan Nusantara (LN),Dalam rangka memperingati Pesta Nama Paroki Serpong Gereja Santo Monika ke-30 diadakan pada Minggu 24 Agustus 2025,Panitia mengundang siapapun yang ingin menjaga Bumi kita untuk bergabung menjadi tim Gembira LH (Gerakan Santa Monika Bersih & Ramah Lingkungan Hidup) dan bersama² meramaikan Fun Walk 30th Santa Monika yang akan diadakan pada hari Minggu 24 Agustus 2025 di QBig BSD.
Flavio Nakaoka memberikan contoh keberlanjutan di festival Brasil-Jepang.

Pemilahan sampah anorganik,ruas Petamburan UPS Badan Air Kec,Tanah abang DLH DKI Jakarta.
Ani Gunawan dalam WAG ALS Jakarta-Tangerang Laudato Si Indonesia ,mengundang siapapun untuk bergabung untuk ikut Fun Walk menjadi volunteer mewujudkan semangat Laudato Si Indonesia.
Dengan menjadi volunteer, kita akan bersama-sama mewujudkan semangat Laudato Si melalui edukasi memilah sampah, dengan harapan Gereja dapat teladan bagi komunitas di sekitar kita.
Laudato Si’ Indonesia menghidupkan gerakan lingkungan untuk umat Katolik. Foto: Laudato Si’
Berbicara tentang memilah sampah, Saya (Ringo) kabiro Liputan Nusantara (LN) DKI Jakarta, telah beberapa kali mempublikasikan di media ini,seperti edisi 19/3/’25 dibawaj judul “Hari Peduli Sampah Nasional” (HPSN) 2025.Penulis menjelLaudato Si’ Indonesia menghidupkan gerakan lingkungan untuk umat Katolik. Foto: Laudato Si’askan , HPSN diperingati bertepatan dengan 20 tahun tragedi runtuhnya TPA Leuwigajah, Cimahi yang memakan korban pada 21 Februari 2005 yang menjadi titik balik pengelolaan sampah di Indonesia.
Sebagian besar siswa kini memahami pentingnya memilah sampah dan memanfaatkan limbah menjadi barang yang bernilai.
Revolusi Budaya Menuju Gaya Hidup Minim Sampah
Secara substansial penulis menjelaskan bahwa Paus Fransiskus,mengajak kita semua berbuat sesuatu untuk bumi. Paus Fransiskus menyebutkan, inti ajaran Katolik adalah menekankan kepedulian terhadap mahluk ciptaan Tuhan. Ia mendesak manusia bertanggung jawab secara moral untuk merawat lingkungan seperti tertulis dalam kitab Kejadian 2 : 15,bahwa kita punya tugas untuk menjaga dan merawat bumi.
Sebagaimana dilansir situs resmi Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan(KLHP), Dan melalui Surat Edaran (SE) Nomor 2 Tahun 2024 tentang Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024. Seperti tertuang dalam Surat Edaran, Tema Hari Peduli Sampah Nasional 2024 adalah “Atasi Sampah Plastik Dengan Cara Produktif”
Dilansir situs KemenLHK, pengelolaan sampah telah menjadi isu global dan nasional yang sampai saat ini masih menjadi permasalahan dan terus diupayakan penyelesaiannya. Berdasarkan data pada Global Waste Management Outlook 2024, masih terdapat 38% sampah global yang tidak terkelola dengan baik, yang berkontribusi pada Triple Planetary Crisis (Perubahan Iklim, Kehilangan Keanekaragaman Hayati, dan Pencemaran).
Di Indonesia, timbunan sampah nasional tahun 2023 sebanyak 56,63 juta ton/tahun dengan capaian pengelolaan sampah nasional tahun 2023 adalah sebesar 39,01% (22,09 juta ton/tahun) dan sebesar 60,99% (34,54 Juta ton/tahun) tidak dikelola. Kondisi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Indonesia adalah sebanyak 306 daerah atau 54,44% masih dioperasikan secara open dumping (penimbunan terbuka).
Semangat Laudato Si, yang menyerukan kepedulian terhadap lingkungan, dapat diwujudkan melalui edukasi memilah sampah
Dengan memahami pentingnya memilah sampah dan dampaknya bagi lingkungan, masyarakat dapat tergerak untuk mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah, serta mengurangi dampak negatif sampah terhadap lingkungan.
Disisi lain penulis juga mengangkat sebuah artikel di media ini edisi 25/2/’25 dibawah judul “Sekolah : mata air budaya minim sampah” (Seri Hidup Minim Sampah-seri 23), penulis menguraikan bahwa, budaya minim sampah menurut Cipryanus Lilik ketua umum laudato Si Indonesia ,adalah gaya hidup yang berusaha mengurangi jumlah sampah yang kita hasilkan. Tujuannya bukan cuma memisahkan sampah, tapi juga mencegah sampah itu muncul dari awal. Karena sehebat apapun kita mengolah sampah, kalau setiap hari kita memproduksi sampah dalam jumlah besar sama saja dengan merusak lingkungan dan menyisakan sampah tak terolah dalam jumlah besar juga. Nah, kenapa sekolah jadi tempat yang pas untuk memperkenalkan gaya hidup minim sampah ?
Dilansir dari Media Center , Palangka Raya Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palangka Raya, Ahmad Zaini mengatakan Adapun strategi – strategi mendasar antara lain peningkatan kapasitas dan manajemen pengelolaan sampah, mencakup anggaran, SDM, dan sarana prasarana berupa peningkatan armada angkutan sampah.
Dalam sebuah seminar dalam rangka Hari Anak Nasional ber tema,”Sampahku adalah Masa Depanku”. Dengan nara sumber pertama, DR.Ir. Novrizal Tahar, IPM beliau adalah Direktur Pengelolaan sampah dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Dalam Paparannya Novrizal mengatakan bagaimana strategi kita untuk menciptakan budaya minim sampah yaitu dengan dua tips yaitu Aksi dan literasi.
- Menurut beliau dari sisi literasi tentang sampah harus kita buat yang baru bukan lagi buanglah sampah pada tempatnya tetapi menjadi sampahku tanggungjawabku , mulai dari diri sendiri dan rumah kita sendiri. Dan sebagai muslim sampah itu adalah fardhu ain.
- Ada aksi antara lain : ( 1). memilah sampah yaitu organik dan anorganik dari rumah ; (2). Menolak pemakaian barang plastik sekali pakai baik sendok atau garpu atau kantong belanja; (3). Mulai belanja tanpa pembungkus kemasan; (4). Habiskan makanan.
Nara sumber kedua ialah Deassy Srihandi beliau adalah co founder Green Mommy yang
Bu Deassy memaparkan tata kelola sampah di rumah dengan melibatkan anak-anak. Menurut beliau kita harus memberikan pemahaman kepada diri sendiri, anak-anak dan masyarakat bahwa sampah itu adalah sahabat kita dan di rumah beliau sudah diterapkan zero waste.Memurut ibu Deassy anak-anakpun menjadi kreatif dalam memgolah sisa limbah di rumah. Dari paparam beliau yang membuat saya menarik adalah beliau menjadikan limbah sampah menjadi pundi2 rupiah dimana produk2nya sudah dijual di manca negara dan sisa ampas kopi bisa dijadikan scrub untuk facial wajah.
Jika deassy Srihandi mengatakan bahwa anak-anak harus dilibatkan dan diberikan pemahaman bahwa sampah itu adalah sahabat kita dan perlu diterapkan zero waste. Sebagaimana penulis , telah publikasi di media ini dalam edisi 24 Februari ’25 dibawah judul “Apa itu Gaya Hidup Zero Waste”,?
Saya jelaskan bahwa Zero waste atau bebas sampah adalah sebuah konsep yang mengajak kita untuk menggunakan produk sekali pakai dengan lebih bijak untuk mengurangi jumlah dan dampak buruk dari sampah. Tujuannya adalah agar sampah tidak berakhir di TPA, menjaga sumber daya dan melestarikan alam.
Berikut adalah beberapa cara mengimplementasikan semangat Laudato Si melalui edukasi memilah sampah: ( https://laudatosiactionplatform.org)
- Edukasi tentang pentingnya memilah sampah:
Menjelaskan dampak buruk sampah yang tidak dipilah terhadap lingkungan, seperti pencemaran tanah, air, dan udara, serta dampaknya bagi kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Menjelaskan manfaat memilah sampah, seperti mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA, menghemat sumber daya alam, dan mengurangi biaya pengolahan sampah.
Menjelaskan cara memilah sampah yang benar, seperti memisahkan sampah organik, anorganik, dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
- Mengadakan kegiatan edukasi dan pelatihan:
Mengadakan seminar, lokakarya, atau pelatihan tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar, termasuk memilah sampah, mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos, dan mendaur ulang sampah anorganik.
Melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah daerah, sekolah, komunitas, dan tokoh masyarakat, untuk menyelenggarakan kegiatan edukasi dan pelatihan.
Membuat media informasi yang mudah dipahami, seperti poster, leaflet, video edukasi, atau konten media sosial, tentang pentingnya memilah sampah dan cara melakukannya.
- Menciptakan lingkungan yang mendukung:
Menyediakan tempat sampah terpilah di berbagai tempat umum, seperti sekolah, perkantoran, tempat ibadah, dan fasilitas publik lainnya.
Membangun sistem pengolahan sampah yang terintegrasi, seperti pengomposan sampah organik dan daur ulang sampah anorganik.
Memberikan insentif bagi masyarakat yang aktif memilah sampah, misalnya dengan memberikan diskon retribusi sampah atau hadiah lainnya.
- Mendorong perubahan perilaku:
Mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan barang-barang sekali pakai, seperti plastik, dan beralih ke alternatif yang lebih ramah lingkungan.
Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan kembali barang-barang bekas, seperti botol plastik, kaleng, atau kardus, untuk berbagai keperluan.
Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk membuang sampah pada tempatnya dan tidak membuang sampah sembarangan.
Dengan semangat Laudato Si, yang mengajak manusia untuk merawat bumi sebagai rumah bersama, edukasi memilah sampah dapat menjadi salah satu langkah nyata untuk mewujudkan pertobatan ekologis. Melalui pemahaman dan tindakan nyata, masyarakat dapat berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan dan mewariskan bumi yang lebih baik bagi generasi mendatang.( Ring-o)